Kamis, 13 Agustus 2020

Pemimpin adalah sebuah keniscayaan

Pemimpin adalah sebuah keniscayaan


“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah/2: 30)

Allah tetapkan manusia sebagai khalifah. Di antara tugas mereka ialah memakmurkan bumi, menegakkan Al-Haq (kebenaran agama Allah) dan keadilan di tengah-tengah manusia. Sebab itu, Allah bekali manusia dengan berbagai ilmu melalui wahyu yang diturunkan kepada para Rasul-Nya. Khilafah ini hanya Allah berikan kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk-Nya yang lain, kendati kepada malaikat sekalipun. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia sehingga para malaikat diperintahkan Allah sujud kepada Adam. Kemuliaan tersebut hanya melekat pada diri manusia selama mereka menjalankan visi hidup yang Allah tetapkan.

Bahwasanya Pemimpin dan kepemimpinan adalah suatu hal yang berbeda. Namun, keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Pemimpin pada dasarnya adalah menggambarkan sosok orang atau figure yang dengan berbagai prasyarat (requeirmen) tentang pemahaman konsep, keahlian dan keterampilan serta pengalaman untuk menjalankan peran sebagai pemimpin. Pemimpin dalam menjalankan perannya secara pribadi dituntut untuk memiliki mentalitas dan kematangan emosi yang bagus. Hal tersebut diperlukan karena dalam menjalankan peran sebagai pemimpin akan berhadapan dengan masyarakat banyak (publik)  dengan berbagai macam latar belakang, baik tingkat pendidikan atau ilmu pengetahuan, kepribadian, tingkat emosi yang berbeda-beda. Sehingga seorang pemimpin harus dapat menciptakan dan mempertahankan aktivitas kelompok yang berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin itu sendiri yaitu mengarahkan para pelaksana tugas secara bersama-sama mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan memainkan peranan yang penting dalam organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satuya ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalam organisasi tersebut. Pada dasarnya kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. Tentunya pihak pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam mengelola, mengarahkan, mempengaruhi, memrintah dan memotivasi bawahannya untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.

Jika berbicara tentang kepemimpinan pasti dipikiran masyarakat umumnya identik dengan kaum adam atau pria padahal jika kita menelaah perempuan juga mempunyai jiwa kepemimpinan, yang tidak jauh berbeda keahliannya dalam memberi arahan, dalam berorasi maupun beretorika atau bahkan memberi gagasan.

Semua orang berhak dan dapat menjadi pemimpin (leadership), Pada hakikatnya tiap-tiap wanita adalah seorang pemimpin dan melakukan kepemimpinannya dalam lingkungan masing-masing, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan dalam masyarakat. Wanita tidak semuanya lemah ia ibarat sebuah bangunan yang kokoh dan merupakan fondasi yang berstruktur kuat. Sosok perempuan yang sensitif, intuitif, empati, suka merawat, mampu bekerjasama, dan mengakomodasi dapat menjadikan proses-proses organisasi menjadi efektif (Growe, 1999)". Gaya kepemimpinan perempuan yang cenderung partisipatif memberi prioritas tinggi pada pengembangan sumber daya insani, juga kepedulian pada detail membuat gaya kepemimpinan mereka sangat cocok di era inovasi saat ini. Dan sekaligus menunjukan kepada kita bahwa perempuan dalam kepemimpinanya mampu mencapai prestasi yang lebih berhasil ataupun gemilang dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Ini dapat dilihat dari perannya pada kehidupan bermasyarakat, misalnya disebabkan adanya dukungan kemampuan dalam hal pendidikan, pengalaman berorganisasi dan motivasi dari kaum perempuan itu sendiri maka mereka bisa membuktikan ke dunia bahwa mereka bisa menjadi pemimpin.

Dengan terciptanya kesempatan perempuan memegang peranan sebagai kepemimpinan dapat membawa dampak yang positif yaitu permasalahan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya perbedaan (diskriminasi) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian perempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses yang sama dalam kepemimpinan. Hal itu ditandai dengan perempuan yang mampu memberikan suara, berpatisipasi dalam pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini merupakan kebijakan tersendiri yang memiliki manfaat persamaan serta adil dari pembangunan. Hal ini harus selalu dibuktikan bahwa wanita dapat semakin maju dalam kemimpinan.

Dalam kepemimpinan terutama dalam pembangunan sekarang ini, perempuan sangat dibutuhkan terutama dalam segi pemikiran dan kreasi untuk pengembangan dalam mewujudkan tujuan. Dengan demikian, kaum wanita mampu mengikuti derap langkah dan lajunya pembangunan nasional seirama dengan kaum pria sebagai mitra sejajarnya tanpa meninggalkan harkat, martabat, dan kodratnya sebagai wanita. Tidak ada yang salah bukan jika perempuan menjadi seorang pemimpin. Maka diharapkan kepada semua perempuan perempuan yang ada di seluruh dunia untuk terus semangat dalam mencapai cita-cita.

"SETIAP KALIAN ADALAH PEMIMPIN DAN BERTANGGUNG JAWAN TERHADAP KEPEMIMPINANNYA"


Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...