Selasa, 03 Desember 2024

Pembangunan yang Hanya Ada di Kertas: Janji yang Habis Dicerna Seperti Makanan Expired

 

NUR ILHAM
(Jendral SKB XI)

Pemerintah sering berbicara tentang pembangunan, namun realitasnya? Itu hanya ucapan kosong yang menipu masyarakat. Setiap pemilihan umum atau pilkada, semua politisi memperlihatkan program-program mereka. Tapi setelah itu? Hanya ada tanda tangan di dokumen, tanpa ada perubahan nyata. Daerah-daerah yang jauh dari pusat kekuasaan tetap terabaikan, sementara para elit sibuk menciptakan citra palsu di ibukota. Apa yang benar-benar dilakukan pemerintah setelah janji-janji pembangunan disampaikan? Mengapa pembangunan hanya menjadi rencana di atas kertas tanpa hasil nyata?

Kebijakan yang Dibungkus dengan Cinta, Tapi Tak Pernah Sampai ke Rakyat

Proyek-proyek besar? Hanya untuk memenuhi ambisi citra, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Janji kesetaraan pembangunan hanya menjadi slogan indah saat kampanye. Setelah itu? Jalan-jalan rusak, sekolah-sekolah dalam keadaan buruk, dan fasilitas kesehatan tidak ada. Itu yang terjadi di daerah yang jarang diberitakan. Di mana lokasi pembangunan yang sering digunakan dalam kampanye tetapi tidak pernah terealisasi? Apakah hanya kota-kota besar yang terus diutamakan, sementara daerah terpencil tetap terlupakan? Pemerintah sering kali hanya fokus pada pembangunan simbolis yang tidak langsung memenuhi kebutuhan rakyat, sementara daerah-daerah terkecil tetap diabaikan.

Angka-angka dan Statistik yang Dibuang ke Laut

Angka-angka yang diakui sebagai keberhasilan hanya akan menjadi bahan lelucon di kafe. Di satu sisi, ada kabar baik tentang pembangunan, sementara di sisi lain, kemiskinan semakin meluas, dan ketimpangan sosial semakin parah. Kapan pemerintah akan benar-benar memenuhi janji pemerataan pembangunan? Apakah perhatian hanya diberikan pada isu ini saat mendekati pemilihan umum? Angka-angka ini sering kali dimanipulasi untuk menciptakan citra positif, tetapi kenyataannya tidak ada perubahan signifikan di lapangan.

Mahasiswa: Dari Pejuang Menjadi Pejabat Lupa Diri

Di tengah ketidakadilan ini, siapa yang sebenarnya mendapatkan manfaat dari kebijakan pembangunan simbolis ini? Bagaimana mahasiswa sebagai agen perubahan dapat berperan aktif untuk mendorong pemerintah melaksanakan pembangunan yang adil dan merata? Saat ini mereka lebih berfokus pada posisi dalam organisasi daripada memikirkan nasib rakyat. Apakah mereka berani melawan ketidakadilan yang semakin nyata, atau justru terjebak dalam rutinitas politik yang tidak menguntungkan siapa pun?

Sampai kapan kita akan terus dibohongi oleh janji-janji kosong? Pemerintah yang tidak pernah serius dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kita harus memilih: berhenti menjadi penonton, atau beraksi untuk merobohkan sistem korup ini.

Punna Sitangnga tangngako, Mari mako

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dari Layar ke Kehidupan Nyata : Efek Catcalling Digital pada Kesehatan Mental Perempuan”

 FATIMAH AZZAHRA (Direktur SKI Jilid IX)   Di era digital saat ini, Interaksi sosial telah bergeser ke platform-platform online. Namun, bers...