Dept. Bidang Tabligh & Kajian Islam
Koord. Div Advokasi & Perempuan SKI Jilid X
Tragedi banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera adalah peringatan keras bagi kita semua tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam. Bencana ini bukan hanya akibat dari fenomena alam, tapi juga karena ulah manusia yang terus mengeksploitasi hutan dan lingkungan tanpa memikirkan konsekuensinya.
Tragedi di Sumatera bukanlah yang pertama, dan sayangnya mungkin bukan yang terakhir jika kita tidak belajar dari kesalahan masa lalu. Bencana-bencana serupa akan terjadi berkali-kali di berbagai wilayah Indonesia, namun respons kita seringkali hanya bersifat reaktif dan temporer. Ketika masa tanggap darurat berakhir dan liputan media mereda, komitmen untuk melakukan perubahan fundamental juga memudar.
Kita perlu segera mengambil tindakan nyata untuk mencegah bencana serupa di masa depan. Moratorium pada aktivitas ekstraktif, reboisasi, dan penegakan hukum yang tegas adalah beberapa langkah yang harus diambil. Tapi yang paling penting, kita perlu mengubah paradigma pembangunan kita, dari eksploitasi menjadi keberlanjutan.
Air mata saudara kita di Sumatera harus menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih peduli dengan alam dan lingkungan. Setiap tetes air mata yang jatuh, setiap kehilangan yang dialami, setiap penderitaan yang dirasakan harus menggugah kesadaran kita bahwa hubungan kita dengan alam telah salah kaprah. Kita telah lama berperilaku seolah-olah kita adalah penguasa alam yang bisa mengeksploitasi sesuka hati, padahal kita adalah bagian dari alam yang kelangsungan hidupnya bergantung pada keseimbangan ekosistem.
Mari kita berdoa untuk para korban dan keluarga mereka, dan mari kita bekerja sama untuk memulihkan Sumatera dan menjaga lingkungan kita. .
.jpeg)