Sabtu, 28 Maret 2020

Covid-19 (Tak Memandang Kepada siapa ia bermukim, Rindu pun Demikian Bukan?)

Covid-19
(Tak Memandang Kepada siapa ia bermukim, Rindu pun Demikian Bukan?)
Oleh IMMawati Asrini


Jauh dari hiruk pikuk perkotaan,
Tentunya tak terlalu gelisah atas diskursus Covid-19 (Virus Corona) yang sedang naik daunnya saat ini untuk jadi topik perbincangan seseantero.
Berbedalah kiranya Atmosfer Perkotaan dengan Pedesaan, apatahlagi di pelosok ataukah bermukim di pedalaman yang jauh dari keramaian. Kekhawatiran masyarakat pedesaan tentulah tak sekhawatir Masyarakat perkotaan saat ini, yang sedang bertarung melawan virus Corona. 
Alih-alih, Pandemi Virus Corona atau akrab disebut dengan nama Covid-19 ini, untuk bermukim di tubuh manusia, Tak memandang Usia dini, muda ataukah Tua, sesiapapun akan menjadi sasarannya, Masyarakat yang tinggal diperkotaan ataukah di pedesaan. 
Itulah yang sekiranya "Kegelisahan" yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan kali ini.

Bagaimana tidak?
Proses penyebaran Pandemi covid 19 ini dari tubuh manusia yang satu dengan yang lainnya tak menghitum jam, menit ataukah detik sekalipun. Bukan hanya itu saja, Tenaga Kesehatan, pun fasilitas dan segala perangkat yang dibutuhkan tak cukup memadai. Karena jauh dari keramaian kota, dan bermukim di sebuah desa yang cukup pedalaman, Tentunya Tim medis ataukah RS umum, puskesmas, jarang dijumpai. Pun sebagian Masyarakat yang tak tahu menahu mengenai virus ini, hanya menganggap hal ini biasa-biasa saja.

Nah, Untuk mengantisipasi proses penyebaran virus ini, tentunya ada beberapa solusi yang digalakkan oleh pemerintah, diantaranya Social distening, dan yang tak kalah membomingnya ialah #Rumahaja, himbauan untuk melakukan aktivitas cukup di rumah saja. Ada yang melaksanakan dan ada pula yang tak mengindahkan nya, karena tuntutan ekonomi yang memaksa untuk senantiasa bekerja diluar rumah dan berhubungan dengan khalayak, apatahlagi masyarakat yang tinggal di desa dengan profesi pekerjaan yang mendominasi untuk kerja di luar rumah.

Masih ingat akan pesan dari pak DR.M. IQBAL SUHAEB, SE., MT salah satu PJ Walikota Makassar , yang mengatakan bahwa ;
 "Jangki dulu pulang Kampung, anda tidak tau, anda membawa virus atau tidak , dalam perjalanan pulang anda terpapar virus atau tidak. Lindungi orang tua'ta, dan keluarga ta di kampung halaman".

Rindu memang selalu menghampiri bagi jejiwa perantau yang jauh dari sanak keluarga dan Kampung Halamannya. Dan Pulang adalah Tanggung Jawab yang harus dituntaskan sebagai bentuk manifestasi dari terwujudnya titik temu itu. Namun dengan kondisi dan situasi seperti ini, sekiranya pulang adalah bukan satu-satunya solusi untuk mengentaskan Rindu itu. Banyak cara yang bisa dilakukan dengan di era yang serba canggih nan tekhnologi sekarang. 

Demi Keselamatan bersama, Saling bahu membahu penting kiranya untuk dilakukan oleh semua elemen, tak hanya pihak pemerintah saja.Jikalaupun kita tak cukup finansial dan tenaga untuk membantu pemerintah dalam mengentaskan persoalan ini, minimal Kesadaran untuk saling menjaga dan mengurungkan niat untuk berpulang ke kampung Halaman demi terputusnya mata rantai dari pendemi virus, itu sekiranya pun jua penting tuk dilakukan.Terkadang perbuatan kecil yang dilakukan mampu menyelamatkan jutaan jiwa manusia.
Muasal yang berbeda namun Muara tetap sama.
Masing-masing dari kita sedang berusaha dan berjuang di tempat yang berbeda namun menghentikan proses penyebaran pandemi covid - 19 tetap menjadi sasaran utama.

Jangan Panik, Namun tetap Waspada.

Studi kasus; Desa Binuang, Kab. Bone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...