Rabu, 24 Juni 2020

Corak Pemikiran Feminis Islam vs Corak Pemikiran Feminis Barat

Oleh: IMMawati Jumarni (Dept. Bidang Organisasi, Alumni SKI IV PIKOM IMM Fisip)



Konstruksi gender dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh agama dan ideologi yang dianutnya, maka wacana teologi gender mulai  bergulir. Anggapan bahwa pemahaman agama bias gender membuat arah baru gerakan feminisme, dimana para feminis mulai menawarkan pemaknaan baru terhadap agama sekaligus membongkar dogma-dogma agama yang telah mapan dan dianggap membelenggu kaum perempuan. 

Kedudukan kaum perempuan di Barat sangat terkungkung, baik dalam kehidupan rumah tangga sebagai istri maupun yang berkenaan dengan hak-hak kemasyarakatan. Posisi kaum perempuan pada saat itu tak begitu jauh bedanya dengan kedudukan perbudakan yang diperlakukan semena-mena, pada waktu itulah timbul di benua Eropa gerakan perempuan yang dinamakan gerakan emansipasi. Ketika wacana teologis tentang perempuan dibuka dan menjadi diskursus yang cukup ramai, maka pembahasan dogma-dogma agama mulai muncul dan berkembang. 

Menurut pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Ali Khumaini, kesalahan paradigma Barat mengenai posisi dan kedudukan perempuan dalam masyarakat karena melihat manusia dalam dua kategori ekstrim, perempuan dan laki-laki. Dunia Barat melihat hubungan laki-laki dan perempuan secara diametral yang saling bertentangan, bukan sebuah posisi yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Dalam makalah ini kami mencoba membandingkan dan mengaitkan bagaimana corak pemikiran yang dibangun oleh kaum feminis Barat dan feminis Muslim.

Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, gerakan politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial. Secara istilah/terminologi Feminisme itu adalah adalah sebuah gerakan  perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. 

Secara etimologis feminisme berasal dari bahasa Latin, yaitu femina yang berarti perempuan. Feminisme itu sendiri ada pada tahun 1890 yang digunakan pada saat itu untuk mengkampayekan hak-hak perempuan di setiap lini kehidupan sosial, politik maupun dikehidupan pribadi.

Relevansi Pemikiran Feminis Islam dan Pemikiran Feminis Barat, yaitu didalam Islam tidak ada perbedaan hak dan tidak ada penindasan terhadap perempuan oleh kaum laki-laki, akan tetapi perlu diketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan ada perbedaan baik secara biologis maupun naluri diakui atau tidak, mau ataupun tidak menafsirkan syariat Islam. Feminisme juga dijadikan sebagai alat analisis yang dapat menghadirkan kesadaran baik laki-laki ataupun perempuan sendiri. 

Berbeda dengan aliran feminisme yang ada di Barat, yang dipengaruhi ideologi yang berkembang sehingga melahirkan aliran fanatik terhadap suatu ideologi sebagaimana yang kita lihat dalam pembagian aliran feminisme barat yang telah diuraikan diatas, karena memang yang menjadi dasar ideologi agama Islam adalah al-Qur’an dan Hadist sehingga tidak ada aliran-aliran feminisme sebagaimana di Barat. Akan tetapi memang di beberapa Negara Islam ada sebuah gerakan misalnya di Mesir, Turki, Pakistan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, misalnya hak mendapatkan pendidikan, kiprahnya dalam bidang sosial, bidang agama ini terjadi pada abad ke-19. 

Agama-agama di dunia memiliki peran dan prinsip-prinsip yang hampir sama, tentang keharusan kaum perempuan yang harus mengikuti kaum laki-laki dimana konsep patriarki itu tumbuh. Banyak klaim dan dalil-dalil yang diduga berasal dari Tuhan, maskulin yang menetapkan nilai klasifikasi serta kekuasaan laki-laki didalam rumah tangga maupun lingkungan sosial masyarakat. Kaum laki-laki lebih kuat atau berkuasa daripada kaum perempuan, bahkan perempuan diciptakan dari bagian tubuh kaum laki-laki. Perempuan bukanlah makhluk lemah kualitasnya dibandingkan kaum laki-laki, sebagaimana diasumsikan banyak orang. 

Bahkan sejarah telah berbicara kepada kita bahwa perempuan telah memberikan sumbangsih intelektual pertama dalam peradaban dunia, perempuan lebih dahulu berpikir dengan akalnya dibandingkan kaum laki-laki. Dialah (Hawa) kaum perempuan yang menjadi pelopor pembangunan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia dalam sejarah kemanusiaan. 

Menurut Nawal El-Saadawi kaum perempuan tidak akan terbebaskan dari sistem patriarki kecuali dari diri mereka sendiri yang mulai merubahnya dan berusaha untuk mengangkat harkat dan martabatnya dengan mengusung gagasan perubahan dan modernisasi. Perempuan haruslah kuat dimulai dari pribadinya masing-masing, menurut beliau perempuan harus bisa terbebaskan dan berani menyikap tabir pikiran mereka, yaitu kesadaran palsu, kesan-kesan minor, dan sikap lemah yang selama ini melekat pada kaum perempuan. Sehingga nantinya akan muncul sebuah kesadaran baru pada diri mereka bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan berarti antara dirinya dan kaum lelaki. Setelah itu mereka akan menjadi suatu kekuatan politik yang memiliki otoritas dalam mengambil keputusan yang besar, semua ini akan terwujud melalui organisasi keperempuananyang sadar akan hak-hak dan tujuan.

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...