Feodalisme yang masih mengakar di dalam tubuh politik di negeri
ini , masih menjadi budaya yang terus menerus melahirkan kesenjangan sosial di
ranah publik. Oleh sebab itu perlu strategi kuat untuk meruntuhkan tembok besar
oligarki dalam upaya melahirkan sebuah perubahan yang signifikan demi mencapai
politik yang bersih dan sehat .
Prof .Dr. Jimly Asshiddiqie , SH seorang pakar hukum tata
negara yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pertama di
Indonesia . Dalam perbincangan dengan Gita Wirjawan di YouTubenya Endgame
mengatakan bahwa , yang menjadi penghambat pertumbuhan sumber daya manusia hari
ini adalah masih maraknya praktek dinasti yang memiliki kepentingan individu
dalam mencari keuntungan lewat otoritas yang dimilikinya.
Sehingga orang-orang sibuk dalam pertarungan politik gelap
demi mencapai kekuasaan tertinggi dan mendapat pengakuan publik lewat cara cara
yang tidak bersih dan melenceng dari etika Moral. Karna fokus utama para
politisi yang sibuk berebut kursi , akhirnya lupa bahwa dasar utama politik
sebagai instrumen untuk menyalurkan keadilan sosial yang melahirkan
kesejahteraan di masyarakat.
Oleh karena budaya lama yang masih dipertahankan oleh mereka
yang mengklaim dirinya sebagai senior tua didunia politik, sehingga setiap ada
anak muda yang memutuskan terjun diperpolitikan akan di dituntut untuk tunduk
dan patuh terhadap orang-orang yang lebih senior dan memiliki otoritas didalam
partai politik serta menanamkan doktrinasi penghambaan terhadap yang lebih
berkuasa .
Dan akhirnya pemuda pun menggadaikan idealismenya untuk
memperoleh simpati dari kelompoknya yang tidak lain dipenuhi oleh gerombolan
oligarki politik.
Kata Jimmy , bahwa
yang harus direformasi oleh masyarakat terkhususnya para millenial sekarang
adalah agar bagaimana bisa menjadi pemuda yang memiliki independensi dan
kepemimpinan yang tidak dikontrol oleh kepentingan kepentingan pragmatis yang
merugikan publik. Kemampuan leadership menjadi hal wajib untuk dimiliki setiap
Pemuda di negri ini . Selain daripada itu , untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat di masa depan , pemuda sebagai tempat penitipan harapan untuk masa
depan yang cerah perlu menjadikan dasar sila kelima yaitu keadilan sosial
sebagai prinsip utama dalam menjalani kehidupannya . Karna dengan dasar itulah
pemuda kemudian mampu menjadi pabrik yang memproduksi kemanusiaan jangka
panjang dan upaya untuk mencapai negara yang berkeadilan harmonis di masa
mendatang.
Dasar sila kelima sebagai instrumen untuk menyembuhkan
kemanusiaan .
Oligarki bila dibiarkan terus menerus bersarang di dalam
politik maka semua akan dirampas oleh mereka . Potensi semakin membekaknya
problem problem sosial akan terus terjadi. Dan salah satu cara untuk mengobati
penyakit itu adalah dengan menanamkan nilai-nilai keadilan didalam diri pemuda
hari ini. Hanya ada dua pilihan berdiam diri dan tunduk pada ketentuan
oligarki, atau bangun dan merombak total tatanan lama demi tercapainya keadilan
dan kemanusiaan.
"Betapa pun tajamnya pedang keadilan, ia tidak
memenggal kepala orang yang tidak bersalah."
Oleh: Agus Maulana (Sekretaris Bidang Riset Dan Pengembangan Keilmuan Pikom IMM FISIP Reformatif)