Ahad, 22 juni 2025, Pikom IMM FISIP Unismuh Makassar melakukan tour ke salah satu situs prasejarah yang ada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yaitu Museum AlamArkeologi Leang Leang. Perjalan kali ini bukan hanya sebatasrekreasi biasa, namun juga sebagai ziarah intelektual untukmembaca alam semesta sebagai kitab terbuka, dan upayameresapi setiap detail keangungan ciptaan Sang Maha Kuasa. Leang Leang menyambut kami dengan hamparan tebing tebingKarts yang gagah menjulang, seakan memasuki lorong waktuyang membawa kami ke ribuan tahun belakang, mengungkapjejak kehidupan purba, sekaligus menjadi saksi bisu akankeagungan Sang Pencipta.
Leang-Leang, dengan lukisan-lukisan dinding berusia puluhanribu tahun yang bergambar cap tangan dan fauna purba, adalahnarasi yang terukir di batu. Ditemukannya lukisan babi rusa dan cap tangan yang diyakini tertua di dunia, mengukuhkan posisiLeang-Leang sebagai situs arkeologi yang tak ternilai harganya. Cipratan pigmen pigmen berwarna merah pada dinding guamenjadi cara tangan tangan purba itu menceritakan kehidupan, kepercayaan, dan perjuangan mereka menghadapi alam. Di sinilah kami, dalam keheningan gua, di tengah hamparanbebatuan karts yang menjulang, menggelar diskusi dan berupayamenyatukan kearifan masa lampau dengan semangat keilmmuanmasa kini.
Melihat keindahan dan kekayaan sejarah yang tersimpan di Leang Leang, pikiran kami tak dilepaskan dari firman Allah SWT dalam Surah Al ‘Alaq ayat pertama: “Bacalah dengan(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” Ayat ini, wahyupertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, seringkali dimaknai sebatas perintah membaca dalam konnteksliteratur tertulis semata. Namun dalam diskusi kami, kami mendapati bahwa ayat ini merupakan perintah membaca yang melampaui kata.
“Bacalah” dalam konteks ayat ini merupakan aktivitas observasi, refleksi, dan memaknai. Tak sebatas membaca kalimat tertulisdiatas selembar kertas semata, melaikan juga menbaca kondisi, keadaan, dan fenomena yang terjadi di sekitar kita. Ini adalahperintah untuk mengamati ciptaan, merenungkan setiapdetailnnya, juga memahami pelajaran serta hikmah di baliknya.
Leang Leang menjadi contoh bagaimana kita diajak untuk“membaca” keagungan dan kemegahan ciptaan Tuhan, melaluijejak jejak masa lampau. Lukisan prasejarah di Leang Leangjuga adalah ajakan untuk membaca kehidupan prasejarah penuhkeindahan yang juga terselimuti misteri yang menarik untuk kitapecahkan. Kami berdiskusi tentang bagaimana manusia purbaberinteraksi, dan menginterpresentasikan dunia disekitarmereka, serta bagaimana jejak jejak ini membentuk pemahamankami tentang evolusi peradaban.
Tak semata untuk berekreasi, mengujungi Leang Leang bagikami merupakan perjalan spiritual dan intelektual. Kami diajakmembaca bagaimana cara Tuhan menciptakan bumi dengansegala dinamikanya, bagaimana Dia mengatur kehidupan dariwaktu ke waktu, dan bagaimana manusia sebagai khalifah di bumi yang memiliki peran penting dalam menjaga dan memahami alam ini. Setiap batu, setiap ukiran, dan setiap sudutLeang Leang adalah pengingat akan kebesaran Sang Penciptayang tak terhingga.
Dengan demikian, Leang Leang adalah kitab raksasa yang menanti untuk kita baca, renungkan, dan pahami maknanya. Iaadalah bukti keagungan ciptaan Tuhan yang di sajikan dalambentuk simpanan prasejarah, yang menanti kita untukmenyelami misteri dibalik keindahannya. Perintah bacalahdalam Surah Al ‘Alaq ayat pertama benar benar menemukanrelevansinya di sini, mengajak kita untuk tidak hanya membacateks, tetapi juga membaca dunia, membaca diri, yang terpentingmembaca tanda tanda kebesaran-Nya dalam setiap jengkal alamsemesta. Pengalaman diskusi di Leang Leang ini menegaskanbahwa keilmuan dan keimanan ada dua sisi mata uang yang takterpisahkan, dan saling menguatkan dalam memahami maknasebuah eksistensi.