Oleh : A. Ika Pransiska Putri (ketua bidang riset dan pengembangan keilmuan)
"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
Hari Pahlawan selalu menjadi pertanyaan yang sering dilontarkan oleh berbagai kalangan, yang dijatuhkannya pada tanggal 10 November, lantaran pada tanggal tersebut terjadi peristiwa pertempuran antara warga Surabaya dengan tentara Belanda. Penetapan ini dilakukan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. (merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia).
Sejatinya, peringatan Hari Pahlawan menyimpan makna mendalam untuk bangsa Indonesia. Peringatan ini menjadi bentuk penghormatan untuk jasa para pahlawan yang rela berkorban untuk Indonesia hingga titik darah penghabisan. Dimana Sejarah Hari Pahlawan sering dikaitkan dengan puncak pertempuran Surabaya yang terjadi antara pasukan asing dan Indonesia. Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran pertama yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia.
Sebagai generasi muda, sebaiknya kita mengetahui apa makna Hari Pahlawan. Karena tanpa adanya pahlawan, belum tentu kita dapat menikmati kemakmuran seperti sekarang. Berikut ini adalah rangkum sejarah dan makna Hari Pahlawan yang sesungguhnya.
Latar belakang pertempuran 10 November
Pertempuran 10 November ini bermula pada saat pihak Belanda mengibarkan bendera Belanda di hotel Yamato Surabaya. Hal ini tentu memancing kemarahan bangsa Indonesia terutama warga Surabaya, mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera Merah Putih.
Mereka protes dengan berkerumun di depan Hotel Yamato dan meminta bendera Belanda diturunkan. Hingga kemudian mereka menaiki hotel Yamanto dan merobek bagian berwarna biru dari bendera sehingga hanya tersisa warna merah dan putih saja.
Kejadian di hotel Yamanto tersebut membuat pertempuran Indonesia dengan tentara Inggris pada tanggal 27 Oktober 1945. Melihat keadaan yang semakin memanas, Jenderal D.C. Hawthorn meminta Presiden RI Sukarno untuk menenangkan keadaan. Sehingga ada tanggal 29 Oktober 1945, pihak Inggris dan Indonesia telah menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Saat itu, hasil perundingan antara kubu Indonesia dan pihak Inggris melahirkan sejumlah pokok, berikut isi dari hasil perundingan tersebut, "Pada tanggal 29 Oktober 1945 berhubung dengan adanya pertempuran antara rakyat Surabaya dengan tentara pendudukan Inggris di Surabaya, Presiden kita PYM (Paduka Yang Mulia) Ir. Sukarno, PYM Drs. Moh. Hatta, dan PT Mr. Amir Sjarifuddin Menteri Penerangan telah tiba di kota Surabaya untuk menenteramkan keadaan. Dalam hujan peluru beliau mengadakan perundingan dengan Panglima Tentara pendudukan di Surabaya, dan hasil permusyawaratan ialah sebagai berikut:
1. Perjanjian diadakan antara Panglima Tentara Pendudukan Surabaya dengan PYM Ir. Sukarno, Presiden RI untuk mempertahankan ketenteraman kota Surabaya
2. Untuk menenteramkan, diadakan perdamaian: ialah tembakan-tembakan dari kedua pihak harus diberhentikan
3. Keselamatan segala orang (termasuk orang-orang interniran) akan dijamin oleh kedua belah pihak
4. Syarat-syarat yang termasuk dalam surat selebaran yang disebarkan oleh sebuah pesawat terbang tempo hari tanggal 27 Oktober akan diperundingkan antara PYM Ir. Sukarno dengan Panglima Tertinggi Tentara Pendudukan seluruh Jawa pada tanggal 30 Oktober besok
5. Pada malam itu segala orang akan merdeka bergerak, baik orang-orang Indonesia maupun Inggris
6. Segala pasukan akan masuk ke dalam tangsinya, dan orang yang luka-luka dibawa ke rumah sakit, dan dijamin oleh kedua belah pihak.
Malamnya, 6 pokok persetujuan disiarkan oleh Presiden Sukarno dan Brigjen A.W.S. Mallaby lewat Radio Pemberontakan di Jalan Mawar no.2 Surabaya.
Akan tetapi, kesepakatan ini dilanggar dan dalam suatu pertempuran Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur) terbubuh. Hal ini membuat tentara Inggris murka dan memicu peperangan yang lebih besar lagi di Surabaya dan meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan serta menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.
Dan mengakibatkan pihak Inggris melakukan "Pembersihan Berdarah" di semua sudut kota pada 10 November 1945. Arek-arek Surabaya melakukan perlawanan yang berakhir dengan gugurnya ribuan pahlawan bangsa.
Makna Hari Pahlawan tak hanya sebagai bentuk penghormatan saja
Terdapat istilah "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghargai para pahlawannya". Kata-kata tersebut dapat berkaitan dengan makna Hari Pahlawan yang sesungguhnya, Sehingga makna peringatan Hari Pahlawan tidak semata-mata hanya untuk menghormati jasa para pahlawan yang gugur pada saat itu.
Pada zaman dahulu generasi muda harus berperang dengan bambu runcing dan persenjataan seadanya dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Walaupun kenyataannya kita tak bisa berperang melawan penjajah seperti para pahlawan, kita bisa menanamkan makna Hari Pahlawan yang tersirat dari peringatan Hari Pahlawan Indonesia di berbagai aktivitas sehari-hari. Salah satunya pada era modern ini, kita bisa memanfaatkan berbagai inovasi lewat perkembangan teknologi dalam memajukan serta mengangkat derajat dan martabat bangsa.
Pentingnya menanamkan kecintaan pada negara dan menjauhi segala hal negatif yang bisa menghancurkan generasi bangsa
Kecintaan para pahlawan pada bangsa Indonesia mengantarkan semangat mereka untuk berjuang demi bangsa Indonesia. Hal ini juga perlu untuk terus dilanjutkan oleh para generasi baru, terutama pada peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Salah satunya adalah dengan senantiasa mencintai Tanah Air Indonesia, bangga akan bangsa sendiri, dan menjaga eksistensi bangsa Indonesia secara bersama-sama.
Hari pahlawan bukan hanya sekedar hari penghormatan saja. Apalagi kita sebagai pemuda wajib kiranya untuk menanamkan sifat kepemimpinan sebagai cerminan yang dicontohkan oleh para pahlawan kita. Selain mengikuti perayaan Hari Pahlawan dengan Upacara Bendera, kita juga bisa menanamkan makna Hari Pahlawan dengan menghindari diri dari kegiatan kegiatan negatif seperti narkoba ataupun tawuran.
Mengutip dari perkataan Ki Hajar Dewantoro, bahwa pemuda harus memiliki sifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Artinya pemuda harus berada digarda paling depan dalam melakukan perubahan sosial sebagai lokomotif perubahan.
Di tengah pemuda harus bahu-membahu bersama rakyat dalam mencapai kesejahteraan rakyat. Keadaan yang buruk ini harus segera diakhiri. Di belakang pemuda memberikan semangat dan mendorong rakyat bahwa perubahan ke arah yang lebih baik atau yang dicita-citakan oleh para pahlawan dapat tercapai jika mereka bersatu.
Mungkin itulah sedikit sejarah dan makna Hari Pahlawan, Semoga saja pembahasan tadi menjawab apa makna Hari Pahlawan yang diperingati pada setiap tanggal 10 November. Selain itu, semoga kita juga dapat terus mencontoh semangat juang para pahlawan dan menanamkan makna Hari Pahlawan di setiap langkah kita.
"Pemuda harus belajar dari sejarah agar memiliki jati diri dan memiliki dasar yang kuat, dan agar mengetahui dari mana perubahan harus diusahakan. Setelah itu, sebagai lokomotif perubahan pemuda siap bergerak."
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." - Presiden Soekarno
Referensi:
De Maasbode | Depdikbud, "Sejarah Daerah Jawa Timur"
Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Pemprov Bone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar