Minggu, 16 Juli 2023

Replika Suara Kecil yang Dipertanyakan!

 Membahas sesuatu hal akan menghasilkan hal baru yang merupakan tumpuan dari hal yang pertama, melihat dari sesuatu akan memerlukan waktu untuk di simpulkan namun saat ini kesimpulan pun dapat diperoleh dalam sekejap mata ketika hal yang di bahas sudah jadi santapan kita sehari-hari.
Akan tetapi menurut saya pandangan memang hak yang kita miliki sebagai makhluk yang berakal, dimana pandangan merupaka nilai estetika dari seseorang dalam mengolah anugerahnya sebagai makhluk. Sehingga terkadang sesorang terus mengupayakan hal yang ada pada dirinya harus sesuai realita, namun realita tidak serta merta hanya mengikat satu orang saja tapi seluruh pandangan tersebut dirangkum dalam satu kata yakni "realita".

Sesuai sudut pandang saya bahwa realita sering kali dijadikan sebagai dalih untuk menghangatkan suatu topik pembahasan, realita-pun digunakan untuk menarik kembali persoalan di masa lampau untuk kembali di kuliti secara perlahan dengan maksud apakah realita dimasa lampau masih sama hingga saat ini atau bahkan sudah jauh berbeda? Juga realita seperti apa yang sebenarnya di inginkan khalayak di luaran sana! Sehingga dengan semakin berkembangnya zaman maka semakin banyak pula suara bising yang mempertanyakan esensi perempuan diera saat ini yang notabennya di sebut era modern dan era kebebasan!

Tempo waktu di ruang Ngopi (Ngobrol seputar IMMawati/perempuan), disini banyak yang tersampaikan bahwa *pertama: perempuan di skala kecil saja-pun sering melupakan dimana ruang yang mesti diprioritaskan dan dari sini terlihat bahwa seorang perempuan lebih fokus ke diri sendiri sehingga tidak berkeinginan untuk melanjutkan kehidupan kejenjang yang lebih serius (tidak membutuhkan laki-laki "menikah"). *kedua: perempuan saat ini-pun lebih terlihat apatis akan pentingnya harkat-martabat seseorang terutama pada perempuan. *ketiga: pola pikir dan prinsip yang masih kurang teguh dimiliki kebanyakan perempuan, dalam menyuarakan perlawanan.

Termaktub dalam setiap pikiran banyak orang bahwa esensi merupakan kunci pengakuan yang wajib untuk dihadirkan. Seperti halnya dalam suatu perkembangan akan terus meningkat di suatu masa, sebab masa yang mendatangkan perkembangan atau perubahan tersebut yang di barengi usaha yang dilakukan orang-orang dimasa tersebut. Lain halnya ketika kita masukkan hal tersebut ke-ranah peran dari seorang makhluk yang di ikrarkan secara filosifisnya terbentuk dari tulang rusuk yang paling bengkok, dimana ketika kita ikut dengan gayanya maka kita yang akan bengkok namun ketika kita memaksanya untuk sejalan atau lurus maka secara tidak langsung dia akan berubah 180° dari bentuk awalnya.

Berdasarkan hal yang tersampaikan diatas dapat di akumulasikan bahwa perempuan sangat didesak dan tertekan dari segi gender, tatanan sosial, feminisme, kekerasan-kesetaraan, kodrat, apalagi dalam mind-set dari perempuan itu sendiri. Desakan tersebut menggaungkan alibi bahwa perempuan tidak perlu pintar, perempuan hanya perlu fokus terhadap urusan di rumah saja sebagai pendamping yang turut akan perintah untuk mengurus keluarganya. Saya pernah mendengar suara wanita yang saya namakan suara pejuang "perempuan bukan budak pribadi setelah dirinya dinikahi, maka tidak ada batasan bagi seorang perempuan untuk belajar dan mencapai impiannya! Perempuan merupakan sekolah pertama bagi keturunannya, jika seorang perempuan berhenti mengasah dirinya maka punahlah dinasti peradaban sebab perempuan adalah rahim dari peradaban itu" Karena berbicara akan peran dari perempuan itu, sebatas mengurus rumah dan keluarga akan tetapi hal tersebut bukan kodrat dari wanita sebab seorang laki-laki pun bisa melakukan hal tersebut dan tidak di peruntukkan hanya kepada perempuan semata, dimana kodrat perempuan ada 4 M: Menstruasi, Mengandung, Melahirkan dan Menyusui.

Maka dari itu semakin modernnya zaman bukan langkah untuk mengintimidasi kaum perempuan melainkan ini adalah jalan bagi kaum perempuan untuk bersuara dan membungkam suara bising yang mempertanyakan dirinya, dengan sering mengedukasi dirinya melalui kegiatan yang disukai baik itu membaca, menulis atau mendengarkan setiap podcast dan tetap mengikuti isu-isu yang ada. Dengan hal ini pula menegaskan bahwa persoalan tersebut belum tuntas di skala kecil sekalipun apalagi di skala besar, sehingga langkah mengedukasi diri wajib dilakukan dan terus mengupgrade setiap prinsip-prinsip juga mind-set dan percaya diri dan mampu membentengi dirinya, agar suara perempuan lebih didengar sebab tidak menutup kemungkinan perempuan dapat dijadikan budak peradaban yang dilahirkannya.

Disini cukup bercermin akan realita dimana seseorang tidak pernah memandang siapa yang dia pijak untuk berdiri diatas kesuksesanya, sebab yang ada di pelupuk matanya hanya nikmat kesenangan untuk kesenjangan pribadinya semata.
-Fastabikul khairat🚩

_mencoba mencapai batas_
#batassajak

Oleh :
Putri Nurhandayani. Y
(- Departemen IMMawati Pikom IMM Fisip Unismuh Makassar 2022-2023
- Kader SKB IX Pikom IMM Fisip Unismuh Makassar)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...