Senin, 12 Februari 2024

GAMBARAN KETIDAKADILAN GENDER PADA “NOVEL LITTLE WOMEN”: DALAM KONTEKS FEMINISME REVOLUSI 2024

     Konsep  mengenai  gender  masih  dianggap  tabu  dan  jarang  dibicarakan  bagi  sebagian  masyarakat Indonesia. Hal  ini  menyebabkan  kesalahan pemahaman  tentang  gender  yang  sering  terjadi  disebabkan oleh kurangnya  informasi  dan pengetahuan  tentang  isu tersebut.  Artikel  dalam  website  Kemenpppa  yang  terbit tahun  2018  menyatakan  bahwa  masyarakat  masih  menyalah  artikan  gender  dengan  jenis  kelamin. Kesalahpahaman  tersebut  membuat  gender  menjadi  suatu  bahasan  dengan  konteks  yang  kurang  tepat sehingga dianggap tabu atau  bahkan  tidak penting. Lisnawati (2021)  mengungkapkan,  kesalahpahaman  yang terjadi ini  dapat  mengakibatkan  terjadinya ketidakadilan  gender,  untuk  meminimalisirnya  haruslah  dipahami terlebih dahulu bahwasanya gender merujuk pada kelompok atribut perilaku yang dibentuk secara sosial yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dan atau kultural. Namun sebaliknya gender tidak akan menjadi suatu  masalah  apabila  terjadi  sebuah kesepakatan antara laki-laki  dan  perempuan dalam pembagian  tugas  dan kedua  belah pihak  tersebut memiliki kesempatan  yang sama  untuk  berkegiatan dan memenuhi kebutuhan bermasyarakat dan mengembangkan diri (Wiasti, 2017).

      Konsep  ketidakadilan  gender  sering dikaitkan  dengan  konstruksi  peran  pihak  laki-laki dan  perempuan dalam sistem masyarakat, yang kemudian meluas dan berkaitan dengan relasi yang terjadi diantara kedua belah pihak.  Ketimpangan  relasi  yang  terjadi  antara  laki-laki  dan  perempuan  inilah  yang  menyebabkan  sebuah hubungan  yang  disebut  subordinatif.  Adji  (2016)  mengungkapkan  ketimpangan  ini  terjadi  karena  adanya sistem  patriarki  dari  pihak laki-laki  terhadap  pihak perempuan.  Hubungan  antara  laki-laki  dan  perempuan dalam  sistem  ini  tidak  digambarkan  sebagai  hubungan  yang  mandiri,  dimana  identitas  perempuan  akan ditempelkan  dengan  identitas  laki-laki sehingga  perempuan  hanya  hadir  sebagai  pelengkap  laki-laki.  Sistem patriarki  tidak  memberikan  kesempatan  kepada  perempuan  untuk  dapat mendeskripsikan  identitas  dirinya sendiri.  Selain  itu  pihak  laki-laki  selalu  menjadi  ukuran  dan  standar  bagaimana  kodrat  perempuan  dapat didefinisikan dan ditentukan, bukan dari ukuran kualitas yang dimiliki perempuan itu sendiri. Sejalan dengan yang diungkapkan Priyatna dalam Adji (2016) yang menyatakan pandangan mengenai sistem patriarki ini telah membawa  konsekuensi  bahwa  konsep  mengenai perempuan  hanyalah  pantulan  dari  konsep  laki-laki  yang menjadi diri.

       Ketidakadilan  gender  terjadi  dalam  berbagai  bentuk.  Kekerasan  merupakan  salah  satu  dari  bentuk ketidakadilan gender  dan  dapat terjadi kepada laki-laki atau perempuan. Merujuk data dari Catatan Tahunan (CATAHU)  Komisi  Nasional  Anti  Kekerasan  terhadap  Perempuan  tahun  2022,  mencatat  338.496  kasus kekerasan  berbasis  gender  terhadap  perempuan.  Angka  ini  meningkat  dari  tahun  2021  sebesar  80%. Kekerasan  juga  tidak  jarang  terjadi pada  laki-laki,  studi  yang  dilakukan  oleh  Indonesia Judicial Research Society (IJRS)  dan  International  NGO  Forum  on  Indonesian  Development  (INFID)  pada  tahun  2020  menunjukkan kekerasan seksual  terjadi  33%  pada  laki-laki dan  67%  pada perempuan.  Walaupun  kekerasan  seksual  dapat terjadi  pada  perempuan  maupun  laki-laki,  melalui  data  tersebut  dapat  dilihat  perempuan  menjadi  korban terbanyak di Indonesia.
Novel Little Women karya Louisa May Alcott adalah Novel  yang mengangkat  isu  tentang perjuangan  perempuan  dalam  mewujudkan  mimpi  dan  cita-citanya.  Novel  ini  juga  menggambarkan permasalahan  perempuan  yang  terjadi  pada  abad  ke-19.  Pada  masa  itu  budaya  Amerika  masih  menjadi problematik  bagi  perempuan  karena  memengaruhi  cara  berpakaian,  status  sosial  dan  kental  akan  budaya patriarki. Pada masa itu kesetaraan gender  masih merupakan hal yang sangat sensitif dibicarakan di kalangan masyarakat.  Perempuan  masih  memiliki  peran  dan  kesempatan  yang  terbatas  dibandingkan  laki-laki. Perempuan  terjebak  dalam  kontekstual  yang  tumbuh  dari  budaya  dan  lingkungan,  sehingga  hal  tersebut menyebabkan  adanya  cara  pandang  masyarakat  yang  berbeda  antara  seorang  perempuan  dan  laki-laki. Pandangan ini juga yang melahirkan sebuah  konstruksi yang banyak menyudutkan  pihak  perempuan. 

Gambaran  ketidakadilan  gender dalam  novel  Little Women karya Louisa May Alcott yaitu sebagai berikut:

1. Subordinasi  merupakan  anggapan  bahwa  perempuan  tidak  rasional dan  emosional  sehingga tidak  bisa tampil  memimpin  sehingga  menempatkan  perempuan  pada  posisi yang  tidak  penting. 
2. Stereotip Gender Stereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotip yang terjadi merupakan  bentuk  dari  konstruksi sosial  dan  budaya  masyarakat  yang  terus  turun  menurun.  Dalam  hal  ini stereotip  gender  seringkali  bersifat  negatif  dan  merugikan  satu  pihak,  baik  itu  pihak  laki-laki  maupun perempuan. Dalam novel  Little Women karya  Louisa  May Alcott  digambarkan  beberapa stereotip  yang  ditempelkan pada perempuan.  Stereotip  gender ini  muncul dari  anggapan bahwa  perempuan  tidak boleh  berpenampilan atau bersikap seperti laki-laki.
3. Kekerasan Umniyyah (2021)  berpendapat  bahwa  kekerasan (violence)  adalah  serangan  atau  invasi  (assault)  terhadap fisik  maupun  integritas  mental  psikologis  seseorang.  Kekerasan  terhadap  sesama  manusia  pada  dasarnya berasal  dari  berbagai  sumber,  namun  salah  satu  kekerasan  terhadap  satu  jenis  kelamin  tertentu  yang disebabkan oleh anggapan gender yang disebut gender-related violence.

         Melalui novel ini, pembaca dapat memahami dinamika kehidupan perempuan pada masa tersebut dan relevansinya dengan isu-isu kesetaraan gender yang masih relevan hingga saat ini. Dalam novel ini, tokoh perempuan ditampilkan sebagai kuat dan berpikir mandiri, serta menunjukkan kehangatan keluarga dengan saling menyayangi satu sama lain. Oleh karena itu, novel “Little Women” dapat dianggap sebagai karya yang relevan dalam konteks feminisme dan perjuangan perempuan abad ke-19. Dalam konteks Revolusi 2024, novel ini dapat menjadi inspirasi bagi perempuan untuk terus berjuang dalam mencapai kesetaraan gender dan mengatasi ketidakadilan gender yang masih terjadi di masyarakat.



Oleh :
Nurul Atika
Unit Advokasi Media SKI Jilid VIII


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...