Kamis, 15 Februari 2024

Discipulus Anxietatem : Dinamika yang Masih Hangat Dirasakan oleh Mahasiswa

Hari ini kondisi kampus biru khususnya Lantai 5 dapat terbilang memprihatinkan dengan berbagai dinamika senyap yang di rasakan, utamanya kondisi tenaga pengajar (dosen) yang tidak maksimal, akan tetapi mayoritas dari kita (mahasiswa) lebih memilih untuk bungkam dengan realita yang terjadi.

Seorang dosen bukan hanya tentang menyampaikan materi tetapi juga tentang menginspirasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu dalam diri mahasiswa. Dalam beberapa kasus, kinerja dosen mungkin tidak selalu sesuai dengan harapan.

Masalah yang pertama, kerap terjadi ialah komunikasi yang tidak berjalan dengan baik antara dosen dengan mahasiswa, hal ini terjadi karena kurangnya respon komunikasi yang aktif dengan mahasiswa dan kurangnya mahasiswa untuk menghubungi dosen di luar jam kelas, hal ini dikarenakan kebanyakan dosen memilih untuk tidak diganggu.

kedua adalah kurangnya efektivitas dalam menjelaskan materi. Materi yang disampaikan kurang terstruktur, sulit dipahami, istilah yang rumit, contoh dan ilustrasi yang tidak relevan dengan materi.

yang ketiga sistem penilaian yang tidak jelas keluar dari kesepakatan pada saat di awal perkuliahan. Sistem penilaian dosen yang tidak transparan, feedback yang kurang, beban tugas yang berlebihan, dan tidak seimbang dengan materi.

keempat yaitu sikap yang apatis terhadap mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi dan aktif mengkritik. Dalam hal ini mahasiswa lebih memilih untuk diam dan tidak lagi aktif karena nilai yang menjadi ancaman sehingga nalar kritis para mahasiswa perlahan hilang karena secara tidak langsung hal tersebut menandakan bahwa dosen menolak untuk dikritik. 

Yang terkahir adalah kampus sekarang sudah tidak jauh beda dengan Sekolah Menengah Atas atau SMA, kenapa? 

karena proses interaktif diskusi antara dosen dan mahasiswa semakin dibatasi dengan waktu. Hingga hari ini kampus tidak jauh berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Mengenai kinerja dosen khususnya di lantai 5 dari beberapa mahasiswa yang kemudian saya ajak untuk berdiskusi, mayoritas mereka mengatakan bahwa, nilai hanya di tentukan dari bagaimana kehadiran, kesopanan, kerapihan. Dan minim menilai mahasiswa dari aktifnya mahasiswa dalam menanggapai materi yang dibawakan oleh dosen.

Dengan banyaknya dinamika yang terjadi disini kami sebagai mahasiswa mengharapkan agar dosen mampu untuk Menyusun materi pembelajaran yang lebih terstruktur, Menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan interaktif, Memberikan feedback yang konstruktif guna membantu mahasiswa berkembang, dan Meningkatkan komunikasi dengan mahasiswa, serta penting Menunjukkan sikap yang profesional. Dengan kritik yang konstruktif, dosen dapat terus belajar dan berkembang untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi mahasiswanya.

"Ultimately, this will create a more conducive learning environment and contribute to the overall success of the students."



Oleh :

Galo Purwatiy

Direktur SKI Jilid VIII



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...