Minggu, 29 Desember 2024

Menghapus Luka: Mewujudkan Dunia Tanpa Kekerasan terhadap Perempuan

RISKA YANTI
(DEPARTEMEN IMMawati)

Kekerasan terhadap perempuan adalah realitas pahit yang masih menghantui masyarakat global. Di berbagai belahan dunia, perempuan menghadapi ancaman kekerasan fisik, seksual, emosional, hingga ekonomi yang merampas hak dan martabat mereka. Masalah ini bukan sekadar persoalan individu, melainkan luka sosial yang mengakar pada ketidaksetaraan gender, norma patriarki, dan budaya yang cenderung memaafkan atau menormalisasi kekerasan. Untuk menghapus luka ini, dunia membutuhkan pendekatan menyeluruh yang melibatkan perubahan paradigma, pemberdayaan, dan solidaritas lintas batas.

Realitas kekerasan terhadap perempuan sering kali tersembunyi di balik pintu-pintu rumah, tempat kerja, atau bahkan institusi yang seharusnya melindungi mereka. Data menunjukkan bahwa satu dari tiga perempuan di dunia mengalami kekerasan sepanjang hidup mereka. Ini bukan hanya statistik; ini adalah kisah nyata tentang rasa sakit, ketakutan, dan trauma yang dirasakan jutaan perempuan. Ketidakadilan ini sering kali diperparah oleh stigma sosial yang membuat korban takut berbicara atau mencari bantuan. Banyak perempuan yang terpaksa bungkam, menjalani hidup dalam bayang-bayang trauma karena takut dihakimi atau tidak dipercaya.

Kekerasan terhadap perempuan memiliki dampak yang meluas. Secara pribadi, korban sering kali mengalami kerusakan fisik, psikologis, dan emosional yang mendalam. Mereka mungkin menghadapi depresi, kehilangan kepercayaan diri, atau merasa terisolasi dari dunia sekitar. Pada tingkat masyarakat, kekerasan ini menciptakan siklus destruktif yang memengaruhi anak-anak, keluarga, dan komunitas. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan sering kali membawa luka itu ke masa dewasa mereka, berisiko mengulangi pola yang sama. Secara ekonomi, kekerasan terhadap perempuan juga membawa kerugian besar. Perempuan yang menjadi korban kehilangan produktivitas kerja, sehingga berkontribusi pada penurunan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun, di tengah kelamnya realitas ini, harapan tetap ada. Dunia dapat diubah, tetapi perubahan itu harus dimulai dari kesadaran kolektif bahwa kekerasan terhadap perempuan tidak dapat ditoleransi dalam bentuk apa pun. Pendidikan menjadi elemen kunci untuk memutus rantai ini. Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, harus diajarkan sejak dini tentang kesetaraan, penghormatan, dan pentingnya menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pendidikan yang inklusif akan membantu menciptakan generasi yang lebih peka terhadap isu kekerasan dan lebih berkomitmen untuk mencegahnya.

Selain pendidikan, kebijakan yang tegas dan berkeadilan sangat dibutuhkan. Penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan harus dilakukan tanpa pandang bulu. Perlindungan terhadap korban harus diprioritaskan melalui penyediaan tempat aman, layanan psikologis, serta dukungan hukum yang memadai. Pemerintah juga harus melibatkan perempuan dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar mencerminkan kebutuhan mereka. Komunitas juga memiliki peran penting dalam menciptakan dunia yang bebas dari kekerasan terhadap perempuan. Solidaritas antaranggota masyarakat dapat menjadi benteng perlindungan bagi perempuan yang rentan. Dukungan emosional, material, dan sosial sangat dibutuhkan oleh para korban untuk membantu mereka pulih dari trauma. 

Menghapus kekerasan terhadap perempuan bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah tanggung jawab yang harus kita emban bersama. Dunia tanpa kekerasan terhadap perempuan adalah dunia di mana setiap individu dihargai, dihormati, dan dilindungi haknya. Ini adalah dunia yang layak diperjuangkan, tidak hanya untuk perempuan, tetapi untuk semua manusia. Dengan bekerja bersama, menghapus norma-norma yang merugikan, dan memastikan keadilan bagi korban, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan. Mari kita jadikan dunia ini tempat di mana tidak ada lagi perempuan yang harus hidup dalam luka, tetapi dalam kebebasan, keamanan, dan martabat.

Tantangan Perempuan Modern dalam Era Digital

 

LUTHFIAH ZAIN
(DEPARTEMEN IMMAWATI)

Di era digital yang serba canggih, perempuan menghadapi tantangan baru yang kompleks dan beragam. Teknologi telah mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan berinteraksi, tetapi juga membawa sejumlah hambatan unik bagi perempuan.

Salah satu tantangan utama adalah ketidaksetaraan akses terhadap teknologi. Di banyak negara berkembang, perempuan masih memiliki akses terbatas terhadap perangkat digital, internet, dan pendidikan teknologi. Hal ini menghambat peluang mereka untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital, mengembangkan keterampilan, dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Di sisi lain, media sosial yang menjadi bagian penting dari era digital sering kali menjadi pedang bermata dua. Platform ini memberikan ruang bagi perempuan untuk mengekspresikan diri dan memperluas jejaring sosial. Namun, perempuan juga menjadi sasaran utama pelecehan online, body shaming, dan penyebaran konten berbahaya. Dampaknya tidak hanya pada kesehatan mental, tetapi juga kepercayaan diri perempuan untuk berpartisipasi di ranah publik.

Tantangan lainnya adalah representasi perempuan dalam industri teknologi. Meskipun jumlah perempuan yang bekerja di sektor ini terus meningkat, mereka masih menghadapi diskriminasi gender dan stereotip yang menghambat kemajuan karier. Selain itu, perempuan sering kali kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan, yang berarti perspektif mereka kurang diakomodasi dalam pengambilan keputusan strategis.

Namun, tidak semuanya bernuansa suram. Banyak perempuan telah memanfaatkan era digital untuk memberdayakan diri dan komunitas mereka. Dari wirausaha digital hingga kampanye sosial melalui media online, perempuan telah membuktikan kemampuan mereka untuk menjadi agen perubahan. Gerakan seperti #WomenInTech dan #DigitalEmpowerment memberikan inspirasi sekaligus menciptakan solidaritas untuk melawan hambatan yang ada.

Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama untuk mendukung perempuan dalam menghadapi tantangan era digital ini. Memberikan akses yang adil terhadap pendidikan teknologi, menciptakan lingkungan digital yang aman, dan mendukung representasi perempuan di semua level adalah langkah penting untuk memastikan perempuan dapat berkontribusi secara maksimal dalam era digital ini.

Senin, 23 Desember 2024

Kenaikan PPN 12%: Bukti Ketidak pedulian Pemerintah Terhadap Penderitaan Rakyat

 

NUR ILHAM
(Jendral SKB XI)

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% adalah sebuah tamparan keras bagi rakyat kecil dan menunjukkan bahwa pemerintah seolah acuh tak acuh. Ini bukan sekadar kebijakan : ini merupakan bentuk penindasan yang terang-terangan! Di tengah kesulitan yang dialami akibat melambungnya harga kebutuhan pokok, kini rakyat harus menanggung beban tambahan yang tak seharusnya mereka pikul. Apakah pemerintah telah melupakan siapa yang memberikan mereka mandat untuk memimpin?

Rakyat Diperas Hingga Kering

Dengan meningkatnya harga bahan pokok, biaya transportasi yang semakin mahal, dan kebutuhan sehari-hari yang makin tidak terjangkau, siapa yang harus menanggung dampaknya? Bukan para pejabat yang menikmati kenyamanan, melainkan rakyat kecil yang setiap hari dihadapkan pada dilema: memilih antara makan atau membayar sekolah anak. Ini adalah keputusan yang kejam dan tak berperasaan, hanya mengejar angka-angka di atas kertas tanpa memikirkan dampaknya bagi kehidupan masyarakat yang sebenarnya.

Korupsi Merajalela, namun Rakyat yang Membayar

Rakyat telah muak dengan kewajiban membayar pajak yang akhirnya mengalir ke kantong para koruptor. Pajak yang seharusnya digunakan untuk pembangunan malah hilang tak jelas ke mana. Proyek sering mangkrak, anggaran terus bocor, sementara para pejabat bersenang-senang. Namun, saat kekurangan anggaran menyerang, sekali lagi rakyat yang jadi korban. Apakah pemerintah tidak merasa malu?

Konglomerat Dielus, Rakyat Ditindas

Perhatikan para pengemplang pajak yang hidup berkelimpahan! Mereka mendapatkan ampunan dari kewajiban pajak dan terus dilindungi. Di sisi lain, rakyat kecil dipaksa menanggung segala kekurangan. Apakah pemerintah ini hanya boneka para konglomerat? Apakah perhatian terhadap rakyat hanya sekadar jargon kosong?

Bukti Gagalnya Pemerintah

Kenaikan PPN ini bukanlah solusi, tetapi pengakuan bahwa pemerintah kehilangan kemampuan untuk mengelola anggaran, memberantas korupsi, dan melindungi rakyat. Alih-alih mencari cara alternatif seperti mengejar pajak dari orang kaya, mereka memilih jalan pintas dengan menambah beban rakyat kecil. Ini adalah bentuk pengkhianatan!

Peringatan untuk Pemerintah

Rakyat tidak akan berdiam diri. Kesabaran memiliki batas. Jika pemerintah terus mempermainkan nasib masyarakat, jangan terkejut jika perlawanan muncul dari berbagai penjuru. Jangan kira rakyat akan terus diam, atau bisa terus dibodohi.

Ingat, pemerintah ada karena rakyat. Jika rakyat sudah mencapai titik jenuh, tidak ada yang bisa menghalau gelombang kemarahan mereka.

#CukupPerasKami  

#RakyatSakitElitBergelimang  

#TutupMulutElit  

#LawanPenindasan

Pelita-Ku Kian Redup Di antara Hak dan Kewajiban

 

 
Putri Nurhandayani.Y

Mendengar tanggal 22 di penghujung tahun merupakan pesta sederhana yang di berikan pada perempuan-perempuan yang telah mendapatkan gelar ke 4 dalam Kehidupannya, Kata Ibu terdengar familiar namun sangat istimewa dalam kehidupan siapapun itu, sebab Ibu adalah Rumah didik pertama dan utama bagi anak-anak dan turunannya. Sehingga sosok perempuan tidak hanya wajib belajar tapi juga harus mampu memiliki nilai-nilai, moral, dan pengetahuan dasar untuk regenerasi kehidupan yang di lahirkan. Tanggungan seorang perempuan yang telah menikah terikat pada siklus merawat dan membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan perhatian juga sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi anak-anaknya untuk mencapai cita-cita dan impian. Dimana Seorang perempuan yang bergelar “Ibu” harus selalu siap mendengarkan dan menenangkan anak-anaknya dalam kesulitan.

Dari kehidupan yang di alami seorang laki-laki perempuan di lahirkan dalam 4 fase diantaranya : dilahirkan sebagai seorang perempuan, dilahirkan sebagai seorang anak, dilahirkan sebagai seorang istri serta dilahirkan sebagai seorang “Ibu” dari 4 kelahiran tersebut masing-masing memiliki tekanan dan tuntutan hidup didalamnya yang tak lain untuk menghadirkan kehidupan yang sesuai ajaran yang ada. Terkadang pun sesekali ketika kita perhatikan begitu banyaknya Kelebihan dari seorang perempuan dengan gelar “ibu” namun mereka hanya berdiri menjalankan hidup dalam selembar kertas yang usang dan dipulihkan kembali dalam kehidupan, pengorbanan, rasa sabar dan kebijaksanaannya di ramu jadi satu kesatuan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai Sumber Kehidupan, Pembentuk Karakter, Penghubung Keluarga dan sebagai Teladan bagi anak-anaknya. 

Peran Ibu dalam Masyarakat Ibu berperan dalam mendidik masyarakat tentang nilai-nilai dan moral, sehingga peran di rana sosial juga melibatkan seorang perempuan sebagai penggerak sosial untuk kemajuan masyarakat, pengembang kreativitas dan inovasi. Dimasa Modern seorang Perempuan tidak akan pernah terlepas dari perannya dalam menyeimbangkan kesehariannya sebagai anak, ibu, istri dan pekerja. Proses tersebut tidaklah mudah untuk di jalankan, terkadang beberapa di antara mereka akan merasakan dan menghadapi tekanan, kesulitan guna berdiri dalam mempertahankan identitas dan keunikan mereka sebagai anugerah kehidupan.

Tak ayal setiap masa begitu banyak kelalaian, kejahatan dan perilaku tak senonoh yang mengaitkan kaum perempuan juga seorang ibu, dimana terdapat 338.496 kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan (KBGTP 2021) dan terus meningkat setiap tahunnya, sehingga dalam tahapan tersebut mereka menjadi sorotan khalayak Publik dan tidak mendapatkan ruang dengan baik sedangkan mereka adalah sumber kasih yang luas selama ini. Meskipun demikian posisi benar dan salah akan terus di perebutkan ketika pengaruh posisi masih menjadi hal utama di setiap pikiran seseorang, namun ketika gelap sudah menjabar di atas putih maka putusan wajib tertuang dengan hukum yang sah dan adil, Maka dari itu mari kita bersama saling merangkul dan bergandengan menyuarakan sorakan adil untuk ketidakadilan itu bagi setiap perempuan-perempuan dan Ibu mendapatkan hak di hormati dan di kasihi sebab sosok merekalah yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Mereka adalah pusara cinta, kasih sayang, dan pengorbanan tanpa batas dimana tidak akan berkurang derajat diri manusia ketika ia mengulurkan tangan untuk menghargai dan menghormati satu sama lain.

Sabtu, 07 Desember 2024

Kisah inspiriratif , dari hobi menjadi sumber pendapatan, anak SMA jual baju cakar untuk Keluarga


Di tengah keramaian-pikuk Pasar Swadaya Gowa, Sulawesi Selatan, seorang remaja berusia 16 tahun bernama Rida menarik perhatian banyak orang dengan usaha kreatifnya. Rida, seorang siswa SMA yang penuh semangat, kini menjadi salah satu pengusaha muda yang menjual baju cakar yang sedang tren di kalangan anak muda.

Baju cakar yang dijual Rida memiliki desain yang stylish dan modern, cocok untuk berbagai kesempatan. Dengan berbagai pilihan warna dan ukuran, baju ini menjadi favorit di kalangan teman-teman sebayanya. Rida juga memastikan bahwa setiap baju yang dijualnya berkualitas tinggi dan nyaman dipakai.

Motivasi utama Ridha untuk berjualan adalah untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarganya. Dengan penghasilan dari penjualan baju, ia berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarganya sekaligus menambah uang saku untuk kebutuhan sehari-hari.

Pasar Swadaya Gowa menjadi lokasi strategis bagi Rida untuk menjajakan dagangannya. Di tengah keramaian pasar, ia membangun stan kecil yang menarik.

Pasar Swadaya Gowa menjadi lokasi strategis bagi Rida untuk menjajakan dagangannya. Di tengah keramaian pasar, ia membangun stan kecil yang menarik perhatian pengunjung dengan dekorasi yang ceria dan penuh warna. Suasana pasar yang ramai membuat baju-bajunya semakin mudah dilihat oleh calon pembeli.

Rida tidak hanya mengandalkan penjualan langsung di pasar. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produknya. Dengan foto-foto menarik dan testimoni dari pelanggan, ia berhasil menarik perhatian banyak orang. Keberanian dan kreativitasnya dalam berpromosi menjadikannya semakin dikenal di kalangan remaja.

Selasa, 03 Desember 2024

Melawan Senyap: Mengungkap dan Mencegah Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus

NURHIKMAH RAHMADANI RONI
(DEVISI KAJIAN KEBANGSAAN SKB XI)

Kekerasan seksual di lingkungan kampus adalah isu serius yang sering kali terbungkus dalam keheningan dan stigma.Seperti yang kita ketahui bahwasanya Kampus, sebagai pusat intelektual, tempat untuk belajar, bertumbuh dan pengembangan karakter, seharusnya menjadi ruang yang aman dan inklusif bagi seluruh penghuninya. Namun, di balik dinding-dinding gedung akademik yang megah, tersembunyi tabir kelam berupa kekerasan seksual yang mengintai mahasiswa dan staf tanpa pandang bulu. Kekerasan seksual di kampus bukan hanya masalah personal, tetapi juga mencerminkan kegagalan sistemik dalam melindungi hak asasi manusia. Ironisnya, banyak kasus tetap terkubur dalam diam, tersembunyi oleh ketakutan, stigma, dan minimnya kepercayaan terhadap mekanisme pelaporan.  

Korban kekerasan seksual kerap merasa terisolasi oleh sistem yang tidak berpihak. Fenomena ini diperburuk oleh budaya patriarki, kurangnya pemahaman, serta ketakutan korban untuk berbicara. Banyak korban memilih diam karena khawatir akan dampak sosial, kehilangan kepercayaan diri, atau bahkan ancaman terhadap pendidikan mereka. Dalam situasi ini, senyap menjadi musuh utama dalam upaya melawan kekerasan seksual. Padahal, efek jangka panjang dari kekerasan seksual, seperti trauma psikologis dan penurunan kinerja akademik, dapat menghancurkan masa depan seseorang. Hal ini menandakan bahwa perlindungan terhadap korban dan upaya pencegahan harus menjadi prioritas utama bagi institusi pendidikan tinggi.  

Untuk menghapus tabir kelam ini, dibutuhkan perubahan budaya di lingkungan kampus. Kampus harus proaktif menciptakan ruang aman melalui program edukasi, seminar, dan kampanye kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender dan penghormatan terhadap batasan pribadi. Selain itu, harus ada mekanisme pelaporan yang ramah korban, melibatkan pendampingan psikologis, hukum, dan dukungan moral. Kampus juga wajib memberikan sanksi tegas kepada pelaku kekerasan seksual, tanpa kompromi untuk melindungi reputasi institusi.  

Namun, langkah ini tidak bisa hanya mengandalkan pihak kampus. Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi untuk mendukung regulasi yang melindungi korban dan mendorong transparansi dalam menangani kasus kekerasan seksual. Hanya dengan kerja sama yang erat, kita dapat memecahkan tabir kelam yang membayangi dunia akademik dan menjadikan kampus sebagai tempat yang benar-benar aman, bermartabat, dan mendukung pengembangan generasi.

Saya berharap tulisan ini dapat membuka mata dan hati kita semua untuk memahami betapa pentingnya menciptakan lingkungan kampus yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. Kepada para pembaca, saya berharap ini menjadi pemantik keberanian untuk melawan budaya diam, mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, dan bersama-sama menciptakan perubahan positif. Mari kita jadikan kampus tidak hanya sebagai tempat untuk menuntut ilmu, tetapi juga sebagai ruang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Perubahan dimulai dari langkah kecil, dan itu bisa dimulai dari Anda.

Pembangunan yang Hanya Ada di Kertas: Janji yang Habis Dicerna Seperti Makanan Expired

 

NUR ILHAM
(Jendral SKB XI)

Pemerintah sering berbicara tentang pembangunan, namun realitasnya? Itu hanya ucapan kosong yang menipu masyarakat. Setiap pemilihan umum atau pilkada, semua politisi memperlihatkan program-program mereka. Tapi setelah itu? Hanya ada tanda tangan di dokumen, tanpa ada perubahan nyata. Daerah-daerah yang jauh dari pusat kekuasaan tetap terabaikan, sementara para elit sibuk menciptakan citra palsu di ibukota. Apa yang benar-benar dilakukan pemerintah setelah janji-janji pembangunan disampaikan? Mengapa pembangunan hanya menjadi rencana di atas kertas tanpa hasil nyata?

Kebijakan yang Dibungkus dengan Cinta, Tapi Tak Pernah Sampai ke Rakyat

Proyek-proyek besar? Hanya untuk memenuhi ambisi citra, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Janji kesetaraan pembangunan hanya menjadi slogan indah saat kampanye. Setelah itu? Jalan-jalan rusak, sekolah-sekolah dalam keadaan buruk, dan fasilitas kesehatan tidak ada. Itu yang terjadi di daerah yang jarang diberitakan. Di mana lokasi pembangunan yang sering digunakan dalam kampanye tetapi tidak pernah terealisasi? Apakah hanya kota-kota besar yang terus diutamakan, sementara daerah terpencil tetap terlupakan? Pemerintah sering kali hanya fokus pada pembangunan simbolis yang tidak langsung memenuhi kebutuhan rakyat, sementara daerah-daerah terkecil tetap diabaikan.

Angka-angka dan Statistik yang Dibuang ke Laut

Angka-angka yang diakui sebagai keberhasilan hanya akan menjadi bahan lelucon di kafe. Di satu sisi, ada kabar baik tentang pembangunan, sementara di sisi lain, kemiskinan semakin meluas, dan ketimpangan sosial semakin parah. Kapan pemerintah akan benar-benar memenuhi janji pemerataan pembangunan? Apakah perhatian hanya diberikan pada isu ini saat mendekati pemilihan umum? Angka-angka ini sering kali dimanipulasi untuk menciptakan citra positif, tetapi kenyataannya tidak ada perubahan signifikan di lapangan.

Mahasiswa: Dari Pejuang Menjadi Pejabat Lupa Diri

Di tengah ketidakadilan ini, siapa yang sebenarnya mendapatkan manfaat dari kebijakan pembangunan simbolis ini? Bagaimana mahasiswa sebagai agen perubahan dapat berperan aktif untuk mendorong pemerintah melaksanakan pembangunan yang adil dan merata? Saat ini mereka lebih berfokus pada posisi dalam organisasi daripada memikirkan nasib rakyat. Apakah mereka berani melawan ketidakadilan yang semakin nyata, atau justru terjebak dalam rutinitas politik yang tidak menguntungkan siapa pun?

Sampai kapan kita akan terus dibohongi oleh janji-janji kosong? Pemerintah yang tidak pernah serius dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kita harus memilih: berhenti menjadi penonton, atau beraksi untuk merobohkan sistem korup ini.

Punna Sitangnga tangngako, Mari mako

Dari Layar ke Kehidupan Nyata : Efek Catcalling Digital pada Kesehatan Mental Perempuan”

 FATIMAH AZZAHRA (Direktur SKI Jilid IX)   Di era digital saat ini, Interaksi sosial telah bergeser ke platform-platform online. Namun, bers...