Setiap tanggal 2 Mei, seluruh masyarakat Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Tapi lebih dari sekadar seremonial, Hardiknas seharusnya jadi momen refleksi besar-besaran buat kita semua—khususnya generasi muda—untuk bertanya: Apa kabar pendidikan kita hari ini?
Saya sebagai mahasiswa, apalagi yang lagi bergelut di dunia administrasi dan kebijakan publik, kita paham betul bahwa pendidikan bukan cuma soal datang ke kelas, duduk, dengar dosen, lalu pulang. Pendidikan itu lebih luas. Ia adalah proses menciptakan manusia-manusia unggul—yang tidak cuma pintar di otak, tapi juga kuat dalam karakter dan siap hadapi tantangan zaman.
Di era digital seperti sekarang, pendidikan dituntut untuk makin adaptif, kreatif, dan kolaboratif. Kita harus mampu berpindah dari sistem yang kaku menuju sistem yang merdeka belajar—dimana peserta didik diberi ruang untuk berkembang sesuai potensinya. Nah, disinilah peran semua pihak jadi penting: pemerintah bikin kebijakan yang berpihak, pendidik harus terus upgrade diri, orang tua ikut terlibat, dan masyarakat juga harus support sistem pendidikan yang lebih terbuka dan relevan.
Di Makassar sendiri, kita punya banyak potensi. Tinggal bagaimana kita, anak muda, ikut ambil bagian dalam gerakan perubahan ini. Jangan cuma jadi penonton. Jadilah pelaku—entah itu lewat organisasi, riset, pengabdian, atau hal-hal kecil yang berdampak di lingkungan kampus dan masyarakat.
Seperti pesan Ki Hadjar Dewantara, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Pendidikan bukan kerja satu arah. Ia kerja bareng-bareng, kerja tulus, dan kerja untuk masa depan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025!
Mari kita terus belajar, bertumbuh, dan bergerak untuk Indonesia yang lebih maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar