SERUAN: GEN Z dan Milenial #BersamaLawanCorona
IMMawan Muh. Nur Fikran (Departemen Bidang Hikmah Pikom IMM Fisip Unismuh Makassar)
Politisi dan Aktivitas Media Sosial
Anak Muda Harapan di Tengah Wabah Corona
Ini adalah tanggapan atas pernyataan sikap PBB yang begitu histerisnya disampaikan oleh kepala PBB sendiri. Teknokrat yang histeris ini mengklaim sedang menangani pandemi CORONA dengan meyakinkan kita bahwa untuk menekan pandemi kita memerlukan sebuah “perang ekonomi” di berbagai bidang dari negara-negara besar dunia. Ia menyerukan perang antar negara dalam bentuk ekonomi dimana akan lebih banyak persaingan yang melibatkan pekerja untuk melayani kepentingan pasar menaikkan penjualan yang telah goyang akibat virus SARS-Cov-2 atau Virus Corona yang menakutkan.
Saya hanya berkata: brengsek!
Video ketua PBB ini bisa dilihat: https://www.youtube.com/watch?v=40UyJdTtBJM
Oleh karenanya saya menulis mengenai hal ini untuk menindaklanjuti sikap PBB itu. Dalam beberapa waktu, saya telah mengamati bahwa virus corona tidak menyurutkan keinginan untuk berkumpul dari anak-anak muda yang ingin membantu masyarakat: mulai dari pengumuman sumbangan dan aksi sosialisasi mengenai corona di tempat publik pun berjalan, dimana aksi anak-anak muda ini menuai represi dari pihak kepolisan. Bukan hanya itu, keinginan berkumpul juga ditunjukkan dari banyak tempat makan dan nongkrong yang belum sepi dari kedatangan anak muda di dalamnya. Ini adalah tampilan yang mengejutkan di tengah kepanikan banyak oraang tua yang mengalami kepanikan menyerbu indomaret dan pasar untuk menyetok barang kebutuhan dasar dan obat-obatan. Ini adalah bibit pembangkangan sipil, tindakan tak bertanggung jawab, dan tolakan bekerja sama atas himbauan pemerintah yang menggencerkan kampanye kerja di rumah dan tetap stay di rumah. Selain itu saya sendiri pun dan beberapa kawan di kampung dan sekitarnya masih sering berkumpul untuk ngobrol juga menghilangkan jenuh di rumah. Namun, dalam strategi penaklukan waktu, kampus masih diaktifkan melalui pertemuan online untuk merepotkan (baca: mengisi) waktu anak-anak muda yang tak bisa datang ke kampus.
Anak muda mengabaikan rasa takut yang dipromosikan oleh pemerintah dan menikmati diri mereka sendiri sementara orang tua mereka berdiri ngeri di depan penyebaran virus corona. Mudah untuk mengutuk perlakuan anak muda layaknya orang tua mereka yang memarahi dan protektif melarang mereka pergi keluar. Namun saya tak akan ikut andil dalam kutuk-mengutuk dan rasa takut yang histeris ini, karena: Jika anak muda masih bisa memutuskan untuk keluar dari rumahnya di tengah wabah, mengapa mereka tidak bisa memulai pertarungan demi masa depannya di seluruh Indonesia?
Anak-anak muda memiliki pengaruh dimana ia lebih tak rentan pada penyakit virus corona ketimbang orang yang sudah berumur tua. Mereka juga adalah angkatan baru yang akan dijual menjadi komoditi segar di pasaran ketika Indonesia mengalami regenerasi berlipat ganda dalam bonus demografi. Anak muda memiliki keberanian, semangat dan hasrat untuk mempertarungkan masa depannya menentang penguncian serta menyerukan pengurangan waktu kerja dengan kenaikan upah termasuk didalamnya. Anak muda dapat menunjukkan dalam jumlah besar kepada masyarakat bahwa mereka menginginkan kepastian dari pemerintah berupa jaminan untuk kebutuhan dasar seluruh masyarakat di tengah pandemi. Sebuah usaha yang akan membuat politisi dan birokrat tua kita, dimana mereka lebih rentan terhadap penyakit, berfikir ulang mengenai kebijakan lockdown.
Bukan Nekat, Tapi #BersamaLawanCorona
Apakah anak muda kebal terhadap penyakit? Tentu saja tidak, namun kerentanan atas penyakit umumnya terjadi di usia yang lebih tua. Bukan berarti seruan ini mengajak kawan-kawan muda untuk tak memperitungkan resiko dan antisipasi penyakit: namun kita bisa melihat kekuatan sekaligus bukti bahwa anak muda penting di saat-saat seperti ini dengan menengok jumlah relawan muda yang ada di sistem medis. Jika warga negara yang lebih tua menginginkan kerja sama dengan warga yang lebih muda, para politisi tua yang duduk berkuasa di bangku jabatannya harus bersedia secara adil memenuhi kebutuhan ekonomi kita semua dengan memberlakukan:
1. Menurunkan harga sewa rumah: dengan menanggung beberapa persen harga kost-kostan atau kontrakan.
Masyarakat membutuhkan tempat berlindung. Di tengah wabah corona yang menyebar ini orang-orang tak berumah dan perantau di suatu kota akan sangat rentan terkena virus karena tak memiliki atau berpindah-pindah rumah.
2. Tunda penagihan hutang terkait lembaga peminjaman uang.
Segalanya membutuhkan uang, termasuk kebutuhan hidup dan item kesehatan. Seruan penundaan tagihan ini adalah cara untuk mempertahankan akses kebutuhan hidup sementara masyarakat.
3. Semua proyek penggusuran harus dihentikan apapun status tanahnya.
Masyarakat membutuhkan ruang untuk memudahkan social distancing, sebuah ruang dimana kita tak harus hidup dengan jangkauan gerak yang semakin padat karena digusur. Ini syarat yang harus dipenuhi untuk mengurangi kepadatan tempat tinggal di tengah wabah corona.
4. Data dan Keluarkan Narapidana dari Penjara.
Dalam artian ini, orang yang dianggap bersalah oleh hukum harus tetap tinggal di rumah secara sementara karena kepadatan dalam penjara akan mengancam kesehatan mereka.
Darimana uang untuk semua tanggungan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat?
Insentif sebesar 405,1 Trilliun Rupiah yang pemerintah gelontorkan dalam rangka merespon dan menanggulangi atau setidaknya meminimalisir dampak Covid-19 terhadap segenap masyarakat Indonesia dalam segala aspek baik itu sosio-ekonomi dan sosio-politik di tengah wabah pandemi Covid-19 ini benar-benar harus teralokasikan dengan sebenar-benarnya dan sampai kepada segenap masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan berupa kebutuhan dasar dan pokoknya sehari-hari jika memang pemerintah benar-benar serius dalam menghadapi dan menanggulangi pandemi Covid-19 ini dan juga kepada segenap Oligarki dan Para Kapitalis yang memiliki watak dan wajah yang bermacam-macam motif dan bentuk nya saya sebagai generasi millenial menyerukan kepada anda para oligarki dan para kapitalis yang terkaya dan tidak terhormat sekalian agar sementara ini saja menghentikan semua pemaksaan kehendak logika kapitalisme anda yang berlandaskan pada dorongan turbulensi produksi nan surplulisasi komoditasnya dan eksplorasi serta eksploitasi terhadap sumber daya alam dan manusia utamanya pekerja dengan mengenyampingkan semua logika kapitalisme anda yang hanya mengutamakan kepentingan dan keuntungan pribadi semata berupa akumulasi kapital (modal) tanpa memikirkan nasib, hak dan keberlangsungan kehidupan bumi dan manusia untuk sementara waktu ini serta turun tangan untuk membantu masyarakat meringankan beban dan penderitaan yang dirasakan saat ini akibat dari pandemi Covid-19 dengan menyumbangkan sebagian harta dan kekayaan yang telah anda kumpulkan selama ini dengan menjalankan proses produksi dan interaksi bisnis pasar yang berasaskan pada logika kapitalisme anda karena itu bisa saja menjadi sebuah titik balik opini dan keniscayaan bahwa anda masihlah benar-benar seseorang dan kumpulan manusia yang masih memiliki jiwa sosial dan kepedulian terhadap kemanusiaan yang mungkin saja saya akan menyebutnya sebuah harapan serta keniscayaan dibalik ketidakpastian dan ketidakniscayaan itu sendiri.
Dan juga mengingat TNI-POLRI bersama kami (segenap masyarakat Indonesia) di slogan iklannya selama ini, maka kami akan membantu mereka membuktikan hal itu kepada masyarakat dengan:
5. Demobilisasi Militer
Usaha yang akan mencangkup pemotongan anggaran militer untuk menambah anggaran lain di bidang kesehatan serta kebutuhan dasar masyarakat yang akan segera ditanggung pemerintah. Karena kami lebih membutuhkan 5 hal ini ketimbang persenjataan untuk berperang.
Generasi milenial dan Gen Z bukanlah mereka yang tak memiliki rencana untuk masa depan mereka seperti yang disuarakan beberapa media dengan perubahan sistem kerja menjadi lebih fleksibel dan tak pasti oleh industri/perusahaan. Ini harus dipertimbangkan secara serius, kami menyerukan aksi jalanan dalam jumlah yang cukup besar untuk memaksakan tuntutan di atas kepada mereka para boomer stagnan yang bandel karena merasa ini masih era mereka.
Sementara Dunia
Saya juga melakukan spekulasi atas situasi yang terjadi akibat corona dan menemukan prediksi ini untuk perekenomian dunia, komentar dan diskusi disarankan dalam kolom dibawah untuk menambahkan beberapa poin yang mungkin juga akan terdampak pada perekonomian dunia akibat shutdown yang dilakukan corona, setidaknya ada 3 implikasi virus yang perlu diselidiki disini:
1. China akan secara jelas melampaui AS sebagai raksasa ekonomi dunia, ini tidak akan mengejutkan apabila kita melihat kata per kata yang diucapkan oleh kepala PBB diatas mengenai perang ekonomi yang harus disambut menurut mereka.
2. Dampak ekonomi yang terjadi akibat kemunculan wabah corona ini tidak dapat disebut secara simpel sebagai depresi ataupun resesi. Karena keduanya memiliki logika yang berbeda dan cukup dapat diperkiraan oleh ekonom, namun kami tak memiliki istilah yang tepat untuk menyebut gangguan administratif yang melanda negara karena melakukan usaha pengendalian pada pandemi corona ini. Terlebih lagi kita tidak mengetahui dampak dari lockdown sebagai metode pengendalian dengan mengunci suatu daerah tertentu dimana akumulasi kapital tak terkendali atas banyak produks diakibatkan oleh kepanikan orang-orang yang ingin menyetok kebutuhan hidupnya, namun menganggur karena pabrik atau kantor lumpuh tak beroperasi sebagai lini produksi.
3. Jika kebijakan fiskal sudah hampir mati sebelum terjadinya pandemi corona ini, maka kita tengok Amerika Serikat sudah menggelontorkan begitu banyak uang sampai-sampai mereka mengalami defisit satu triliun US dollar, dengan tingkat suku bunga mendekati nol – kemungkinan alat atau fitur keynesian ini tidak dapat digunakan sebagai alat pemulihan krisis yang terjadi akibat penguncian administratif yang mewabah bersama datangnya corona. Namun bukan berarti AS tidak akan menemukan jalan keluar, dengan catatan jalan keluar yang harus mereka temukan haruslah unik dalam situasi seperti ini.
Jika kebijakan lockdown ini gencar diterapkan negara dalam hal ini pemerintah seiring dengan naiknya korban karena penyebaran virus, maka dalam jangka waktu lama, karena pekerjaan libur juga karenanya, pada titik tertentu orang-orang harus memilih untuk membayar tagihan sewa rumah atau tagihan lainnya dibanding membeli pangan. Tentu ini akan menjadi permasalahan yang lebih besar lagi karena manusia dipaksa untuk memilih dan menentukan nasibnya utamanya masyarakat kelas menengah ke bawah yaitu antara memilih untuk selamat dari pandemi Covid-19 dengan mengikuti arahan dan instruksi untuk berdiam diri dirumah namun pada akhirnya harus menderita karena kemiskinan atau memilih untuk tetap bergerak (bekerja) dan tidak berdiam diri di rumah untuk menghidupi diri dan keluarganya namun harus mendapati dirinya menerima kenyataan bahwa ia akan rentan untuk terjangkit atau terpapar virus mematikan Covid-19 ini. Benar-benar pilihan yang sangat sulit yang seolah-olah menempatkan nasib masyarakat ibarat 'telur di ujung tanduk'.
MASYARAKAT BUTUH KOMUNITAS, BUKAN LOCKDOWN DAN BATAS!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar