Kaum Intelektual Merupakan "para pembentuk opini" dalam masyarakat. Dan justru pembentukan opini inilah yang sangat dibutuhkan oleh Negara. Basis dari aliansi di masa lalu antara Negara dan kaum intelektual menjadi jelas.
Jelaslah bahwa Negara membutuhkan kaum intelektual; tetapi belum begitu jelas mengapa kaum intelektual membutuhkan Negara. Sederhananya, kita mungkin mengatakan bahwa mata pencaharian kaum intelektual di pasar bebas tidak pernah aman; karena kaum intelektual harus bergantung pada nilai - nilai dan pilihan - pilihan dari massa pendukungnya. Tetapi yang justru yang menjadi karakteristik utama dari massa adalah mereka umumnya tidak tertarik dengan masalah - masalah intelektual.
Di sisi lain, Negara bersedia menyediakan tempat yang aman dan permanen bagi kaum intelektual dalam aparatus Negara, menyediakan penghasilan yang memadai dan pakaian kebesaran yang di anggap identik dengan martabat. Karena kaum intelektual akan diberi imbalan yang sangat pantas untuk fungsi penting yang mereka lakukan untuk para penguasa Negara, maka kelompok itu sekarang menjadi bagian dari mereka.
Banyak dan beragam argumen yang digunakan oleh Negara dan kaum intelektual untuk membujuk rakyatnya agar mendukung kekuasaan mereka. Pada dasarnya,benang merah argumennya dapat diringkas sebagai berikut: " Para Penguasa Negara adalah orang-orang hebat dan bijak(mereka 'bekuasa karena hak ilahiah' mereka adalah 'kaum aristokrat' di antara Manusia, mereka adalah para pakar ilmu pengetahuan", yang jauh lebih hebat dan lebih bijak dibandingkan rakyat yang baik, tetapi bersahaja.
" Kekuasaan oleh pemerintahan adalah sebuah keniscayaan, sesuatu yang mutlak dibutuhkan, dan jauh lebih baik dibandingkan kejahatan-kejahatan yang terlukiskan yang akan terjadi jika pemerintahan hancur dan tidak ada ".
Seperti yang Tuliskan Pak Abdul Halim Sani dalam bukunya yang berjudul " Manifesto Gerakan Intelektual Profetik " Alkisah Tancha seorang ilmuwan dan tabib dari kerajaan Majapahit mengabdi kepada kekuasaan, bersembunyi dibalik jubah kekuasaan dengan ilmu ditangannya. Dengan ilmunya,Tancha justru telah merintangi orang untuk mendekatkan dirinya masyarakat tempat dia hidup. Pengetahuan di tangan Tancha hanya menjadi alat untuk mengejar gairah duniawi kekuasaaan ataupun status sosial.
Menurut Benda dalam bukunya " Penghianatan Kaum Cendikiawan " bahwa yang dilakukan Tancha sesungguhnya telah mengkhianati fungsinya sebagai kaum cendekiawan. Ia tidak dapat bersikap kritis tetapi telah menjadi penganut kekuasaan.
Bagi Pak Kuntowijoyo cendikiawan bukanlah sosok yang berjalan di atas Mega pemikirannya melangit, tinggal di menara gading. Tetapi cendekiawan adalah pemikir yang tidak tercerabut dari akar akar sosialnya, yang menginjakkan kaki di bumi dan memiliki kesadaran akan tanggungjawab sosial untuk memusnahkan kejahatan, kepedulian terhadap kaum dhuafa, orang lemah,membela kaum tertindas, orang yang dilemahkan oleh struktur kekuasaan yang zalim atau dipinggirkan oleh sistem ekonomi, politik, sosial, budaya yang tidak adil.
Oleh : Agus Maulana
Sekbid RPK PIKOM IMM FISIP UNISMUH Makassar Periode 2021-2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar