Selasa, 31 Mei 2022

PENDERITAAN KAUM PEREMPUAN DAN RESPON FILSAFAT FEMINISME

 


Filsafat Feminisme muncul dari situasi sosio-kultural dimana kaum perempuan diposisikan sebagai kaum yang lemah, manusia kelas-dua, iblis berbentuk manusia dan segala pelabelan lainnya yang memojokkan kaum wanita, sehingga situasi tersebut memunculkan satu kesadaran kuat bahwa mereka sungguh telah dijajah secara sosio-kultural, dan itu memunculkan reaksi hebat di kalangan kaum perempuan dan tekad kuat untuk membebaskan diri darinya dan berupaya agar tetap terus bebas dari penjajahan tersebut.

Filsafat Feminisme memiliki satu tugas utama: memahami gejala-gejala penindasan atas kaum wanita secara filosofis, lalu mencari sebab-sebab utama penindasan tersebut lewat metode filsafat, dan akhirnya mengupayakan pembebasan dari penindasan tersebut lewat kritik filosofis.

Salah satu bentuk kritik dari Simone De Beauvoir mengatakan "Manusia didefinisikan sebagai manusia dan perempuan sebagai perempuan - setiap kali ia berperilaku sebagai manusia ia dikatakan meniru laki-laki." Simone melihat fenomena Starata sosial mengkonstruk paradigma masyarakat bahwa Perempuan adalah mahluk aneh yang datang sebagai pelengkap sekaligus beban dalam masyarakat yang unik sekaligus berbahaya. 

Budaya patriarki yang melekat dalam sistem sosial seakan-akan menegelamkan eksistensi Perempuan sebagai mahluk yang setara dengan laki-laki. Oleh karenanya diskriminasi dan pandangan sarkastik terhadap kaum perempuan justru menjadi hantu yang menggentayangi kepercayaan diri para perempuan. 

"Perempuan itu indah sebagai fiksi,namun berbahaya sebagai fakta" Demikian perkataan Rocky Gerung yang dikenal sebagai kritikus dan ahli filsafat.Perkataan Rocky Gerung seakan akan melihat Perempuan sebagai mahluk yang berbahaya dan penuh ketidak jelasan dalam hidupnya. 

Pandangan masyarakat terhadap Exsistensi Perempuan sebagai pelengkap dan pegawai rumah tangga juga di interpretasikan oleh Simone De Beauvoir sebagai penindasan dan penderitaan yang dialami kaum perempuan . "Beberapa tugas lebih seperti penyiksaan Sisyphus daripada pekerjaan rumah tangga, dengan pengulangan tanpa henti: bersih menjadi kotor, kotor dibuat bersih, berulang-ulang, hari demi hari."kutip Simone De Beauvoir. 

Mitologi Sisyphus  " the Mity of Sisyphus" karya Albert Camus yang menggambarkan seorang Manusia yang dikutuk mendorong batu ke atas bukit seumur hidupnya,Sisyphus harus bersusah payah mendorong batu tersebut tanpa henti sampai selamanya. Nasib Sisyphus kemudian juga menjadi sebuah ungkapan dalam Bahasa Inggris, yaitu "Sisyphean" yang berarti "sesuatu yang dikerjakan dengan usaha ekstra, tetapi sia-sia belaka". 

Simone De Beauvoir menggambarkan penderitaan Sisyphus sama halnya yang dirasakan Perempuan dalam hidupnya yang hanya berfokus pada Kasur,sumur,dan dapur yang terus-menerus dilakukannya dalam rumah tangga yang di ikat oleh kontrak sosial dan melahirkan sistem yang mengucilkan sekaligus menyiksa Perempuan.

Oleh :

IMMawan Agus Maulana (Sekbid RPK PIKOM IMM FISIP UNISMUH Makassar Periode 2021-2022)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...