Oleh: Ila Armila, Anggota Unit Edukasi Literasi VIII
Feminisme interseksional adalah sebuahpendekatan yang mendalam dan komprehensif dalammemahami ketidaksetaraan gender dengan menyorotibagaimana berbagai identitas sosial dan pengalamanhidup saling berinteraksi untuk membentukpengalaman perempuan dalam masyarakat. Konsepinterseksionalitas pertama kali diperkenalkan oleh Kimberlé Crenshaw pada tahun 1989 sebagai carauntuk menggambarkan bagaimana diskriminasiterhadap perempuan tidak hanya berhubungan denganjenis kelamin mereka, tetapi juga dengan faktor-faktorlain seperti ras, kelas sosial, orientasi seksual, disabilitas, agama, dan banyak aspek identitas lainnya. Dengan kata lain, feminisme interseksionalmenekankan bahwa perjuangan untuk kesetaraangender tidak dapat dipisahkan dari perjuangan untukkesetaraan dalam berbagai dimensi kehidupan yang lain, karena setiap individu memiliki pengalaman unikyang terbentuk dari pertemuan berbagai identitassosial ini.
Pada intinya, feminisme interseksional mengakuibahwa tidak ada satu pengalaman perempuan yang tunggal. Setiap perempuan memiliki identitas yang kompleks yang memengaruhi cara merekadiperlakukan dan cara mereka mengalami penindasan. Sebagai contoh, perempuan kulit hitam di Amerika Serikat atau perempuan miskin mungkin mengalamipenindasan yang berbeda dibandingkan perempuankulit putih dari kelas sosial lebih tinggi. Merekamungkin menghadapi diskriminasi rasial, ekonomi, atau bahkan kekerasan yang lebih intens, yang seringkali diabaikan dalam pendekatan feminisme yang lebihtradisional yang cenderung fokus pada pengalamanperempuan kulit putih, heteroseksual, dan berkelasmenengah ke atas. Dengan memusatkan perhatianpada interseksionalitas, feminisme mengajak kitauntuk melihat lebih luas bagaimana perjuangan untukkesetaraan gender harus melibatkan dan mengakomodasi berbagai pengalaman hidup yang berbeda.
Feminisme interseksional tidak hanya berbicaratentang penindasan gender, tetapi juga bagaimanaberbagai bentuk ketidaksetaraan seperti ras, kelas, orientasi seksual, disabilitas, dan identitas lainnyabekerja secara bersamaan dan saling memperkuat satusama lain. Sebagai contoh, perempuan yang berasaldari keluarga miskin tidak hanya terhambat oleh ketidaksetaraan gender, tetapi juga oleh kesulitanekonomi yang membatasi akses mereka terhadappendidikan, perawatan kesehatan, atau pekerjaan yang layak. Begitu juga perempuan dengan disabilitas yang tidak hanya menghadapi tantangan terkait aksesibilitasfisik, tetapi juga sering kali terpinggirkan dalamdiskusi tentang pemberdayaan perempuan, karenagerakan feminis yang lebih dominan sering kali lebihfokus pada isu-isu yang dihadapi oleh perempuantanpa disabilitas. Dalam hal ini, feminismeinterseksional mengajak kita untuk melihat bagaimanalapisan-lapisan ketidaksetaraan ini menciptakanpengalaman hidup yang berbeda, serta bagaimanaperempuan dengan identitas yang lebih kompleksharus diberdayakan dengan cara yang lebih inklusif.
Salah satu kontribusi penting dari feminismeinterseksional adalah menyadarkan kita bahwaperjuangan untuk kesetaraan tidak hanya berlakudalam konteks perempuan dalam hubungan denganlaki-laki, tetapi juga dalam hubungannya denganstruktur kekuasaan yang lebih luas dalam masyarakat. Misalnya, perempuan dari ras atau etnis tertentumungkin menghadapi kebijakan yang tidak hanyamendiskriminasi mereka berdasarkan jenis kelamin, tetapi juga berdasarkan latar belakang rasial ataukebudayaan mereka. Di banyak negara, kebijakandiskriminatif terhadap perempuan imigran atauperempuan pribumi menjadi contoh bagaimana sistemkekuasaan yang lebih besar, seperti negara ataumasyarakat yang lebih luas, berperan dalammemperkuat ketidaksetaraan gender. Oleh karena itu, feminisme interseksional menuntut kita untukmempertanyakan struktur sosial dan kebijakan yang seringkali mengabaikan realitas kompleks yang dihadapi oleh perempuan dari berbagai latar belakang.
Selain itu, feminisme interseksional juga mengajak kita untuk mengeksplorasi peran pentingsolidaritas antarperempuan yang datang dari berbagailatar belakang. Meskipun perjuangan perempuansering kali didorong oleh tujuan yang sama yaitukesetaraan dan keadilan realitas menunjukkan bahwaperempuan yang berasal dari kelas sosial atau ras yang berbeda mungkin memiliki prioritas yang berbedadalam hal perjuangan mereka. Sebagai contoh, perempuan pekerja yang berjuang untuk hak-hakpekerja dan kondisi kerja yang lebih baik mungkinmemiliki pengalaman dan perspektif yang sangatberbeda dengan perempuan yang berjuang untuk hak-hak reproduksi atau hak-hak atas tubuh mereka. Feminisme interseksional mengajarkan bahwa untukmencapai keadilan sosial yang sejati, perempuan dariberbagai latar belakang harus bekerja bersama untukmembangun solidaritas yang memperhitungkan dan mengakomodasi perbedaan mereka.
Namun, meskipun feminisme interseksionalmenawarkan perspektif yang lebih inklusif, pendekatan ini juga menghadapi tantangan. Salah satutantangan terbesar adalah bagaimana menyatukanberbagai kelompok perempuan dengan pengalamanyang sangat beragam. Terkadang, isu-isu yang dihadapi oleh perempuan dari latar belakang yang berbeda sangat berbeda, dan ini bisa menyebabkankesulitan dalam menyatukan tujuan yang berbedadalam satu gerakan feminis. Misalnya, ada keteganganantara perempuan yang berjuang untuk hak reproduksimereka dan perempuan yang berfokus pada hak-hakpekerja atau hak-hak perempuan dari kelompokminoritas. Ketegangan semacam ini menunjukkanbahwa untuk membangun gerakan feminis yang lebihinklusif dan efektif, perlu ada ruang untuk dialog yang konstruktif dan saling mendengarkan di antaraperempuan dengan berbagai pengalaman hidup.
Selain itu, ada pula tantangan dalam halbagaimana memahami dan memanfaatkan kekuataninterseksionalitas itu sendiri. Interseksionalitas bukanhanya tentang mengenali perbedaan, tetapi juga tentang memahami bagaimana ketidaksetaraan inisaling berinteraksi dalam membentuk pengalamanhidup seseorang. Ini membutuhkan analisis yang lebihmendalam dan kritis terhadap struktur sosial yang ada, serta bagaimana cara-cara di mana ketidaksetaraan initumpang tindih dapat dikoreksi dalam kebijakansosial, pendidikan, ekonomi, dan hukum. Di banyaktempat, gerakan feminis yang berbasis interseksionalbelum sepenuhnya mendapat dukungan yang memadaiuntuk berkembang, terutama ketika ia menghadapisistem sosial dan politik yang lebih besar yang belumsepenuhnya siap menerima perubahan radikal dalamcara pandang terhadap gender, ras, dan kelas.
Pada akhirnya, feminisme interseksionalmengajarkan bahwa gerakan perempuan tidak bisadipahami dalam kerangka yang sempit dan tunggal. Iamenuntut kita untuk melihat lebih jauh dari sekadargender, untuk mengenali kompleksitas identitas dan pengalaman hidup perempuan yang sangat beragam. Gerakan feminis yang benar-benar inklusif adalahgerakan yang mengakui dan merayakan perbedaan, serta berusaha menciptakan dunia yang lebih adil bagisemua perempuan, tanpa memandang latar belakang, ras, kelas, atau identitas lainnya. Dengan memahamiinterseksionalitas, kita dapat menciptakan perubahanyang lebih mendalam dan menyeluruh dalam upayakita untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender.
Note : "Feminisme interseksional mengajarkan kitabahwa kesetaraan bukanlah tentang menyamakan, tetapi merayakan perbedaan dan memberikan ruangbagi setiap perempuan untuk berdiri dengan suaramereka sendiri, apapun latar belakangnya. Kita tidakbisa berbicara tentang kebebasan tanpa mengakuibahwa setiap perempuan memiliki perjuangan yang berbeda."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar