Minggu, 13 Juli 2025

Gerakan Perempuan di Abad 21: Tantangan dan Harapan

 

Oleh: Miftahul KhaerahAnggota Unit EdukasiLiterasi SKI VIII)

Abad ke-21 membuka babak baru dalamperjalanan panjang gerakan perempuan di seluruhdunia. Dunia kini bergerak dengan sangat cepatdipenuhi oleh inovasi teknologidinamika sosial-politikserta tantangan global yang semakin kompleks. Dalam situasi iniperjuangan perempuan tidak lagihanya berkutat pada pemenuhan hak-hak dasar sepertipendidikan dan partisipasi politiktetapi telahmerambah ke berbagai medan baru seperti teknologidigital, kesetaraan dalam dunia kerjarepresentasimedia, hingga advokasi lingkungan. Perempuan hariini hidup di dua dunia: dunia nyata dan dunia maya. Keduanya menawarkan peluang luar biasanamunjuga membawa risiko yang tidak kecil. Di satu sisi, platform digital menjadi ruang baru bagi perempuanuntuk bersuaraberbagi pengalamanmembangunsolidaritasbahkan mempengaruhi opini publik. Gerakan sosial berbasis media digital memungkinkanpesan-pesan feminis menjangkau audiens yang lebihluaslintas batas negara dan budayaNamun di sisilain, dunia maya juga menjadi tempat berkembangnyakekerasan berbasis gender, seperti doxing, body shaming, hingga perundungan daring yang masifTantangan ini membutuhkan kesiapan intelektual dan emosional agar perempuan tidak hanya menjadipenggunatapi juga pengendali ruang digital.

Tantangan lain yang dihadapi perempuan modern adalah beban peran ganda yang masih melekat kuat. Perempuan sering kali dituntut untuk berhasil di ruangpubliktetapi tetap memikul tanggung jawab utama di rumah tanggaPandangan tradisional yang mengakardalam budaya patriarkal membuat perempuan harusbekerja dua kali lebih keras untuk diakui kapasitasnyaKetimpangan ini juga tercermin dalam dunia kerja, di mana perempuan sering kali menghadapi diskriminasiupahpeluang karier yang terbatashingga minimnyaakses terhadap posisi kepemimpinanNamundemikianharapan juga tumbuh seiring denganmeningkatnya kesadaran kolektif dan munculnyatokoh-tokoh perempuan inspiratif dari berbagai latarbelakang. Najwa Shihab, dengan keberaniannyamengkritik ketimpangan sosial melalui media, menunjukkan bahwa jurnalisme bisa menjadi alatperjuangan. Greta Thunberg menjadi simbolperjuangan lingkungan dari kalangan muda. Siti Aisyah di Indonesia memperjuangkan hak-hakmasyarakat adat dan lingkungan hidup. Di ranah lokaldan komunitastak terhitung banyak perempuan yang mengorganisir gerakan akar rumputmendampingikorban kekerasanhingga memajukan ekonomikeluarga melalui koperasi dan UMKM.

Di tengah masyarakat yang semakin plural dan dinamisgerakan perempuan perlu membangun narasiyang inklusif dan tidak elitis. Kita harus merangkulberbagai latar belakang kelas sosial, agama, budayahingga orientasi untuk menciptakan gerakan yang benar-benar mewakili keberagaman suara perempuanImmawati dapat mengambil peran sebagai jembatanantara teori dan praktikantara gagasan dan aksiMelalui kegiatan kampuskomunitasatau media sosialsemangat emansipasi dan pemberdayaan harustetap hadir sebagai napas gerakan kita. Selain itupenting untuk menyadari bahwa gerakan perempuanjuga perlu merefleksikan diri. Kita tidak kebal darireproduksi nilai patriarki jika tidak terus mengkritisisikap dan struktur internal. Oleh karena itupendidikan kesadaran kritis dalam organisasi harusterus dikembangkanIMMawati harus diajakberdiskusimembaca, dan menganalisis persoalandengan lensa gender secara terus-menerus agar gerakan ini tetap progresif dan responsif terhadapkebutuhan zaman.

Harapan itu nyata ketika kita melihat semakinbanyak perempuan yang memilih untuk menulisberbicaramemimpin, dan menggugah kesadaransosial. Harapan itu juga hadir dalam bentuk solidaritasantarperempuanketika satu perempuan mendukungdan memperkuat perempuan lainnya. Gerakan perempuan bukan milik segelintir orang, tetapi milikkita semua. Kita tidak perlu menunggu sempurnauntuk memulai perubahan. Yang dibutuhkan adalahkeberanian dan kesadaran untuk mengambil langkahsekecil apapun, demi dunia yang lebih setara.

Maka, di abad ke-21 inimari kita semuakhususnya para IMMawatimenjadi bagian darisejarah gerakan perempuan yang membebaskan dan mencerdaskan. Kita tidak hanya memperjuangkan hak-hak kita sebagai perempuantetapi juga turutmembangun masa depan yang lebih adilmanusiawi, dan penuh cinta kasih. Kita hadir bukan hanya untukmelengkapi narasi yang selama ini timpangtetapiuntuk menulis ulang cerita umat manusia yang lebihutuh. Karena, seperti kata Audre Lorde, “Saya bukanbebas sementara perempuan lain masih terbelenggu.” Kalimat ini adalah pengingat bahwa perjuangan belumselesai, dan kebebasan tidak akan pernah utuh jikamasih ada satu saja perempuan yang hidup dalampenindasan. Maka mari kita lanjutkan perjuangan inidengan cintadengan ilmu, dan dengan keberanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terdapat Studi Kasus mengenai Marina Abramović – dalam karyanya Seni Tubuh sebagaiMedium Ekspresi dan Kritik,

    Marina Abramović,  dikenal   sebagai   seniman   performans   asal  Serbia,  dikenal   sebagai   pelopor   seni   tubuh  (body  art). Da...