Minggu, 13 Juli 2025

Peran Perempuan Dalam Sejarah Dunia: MencariJejak Yang Hilang

 Oleh: Miftahul KhaerahAnggota Unit EdukasiLiterasi SKI VIII)

Ketika kita membuka buku sejarah dunia, pertanyaan sederhana muncul: di mana perempuan? Nama-nama seperti Napoleon, Gandhi, Soekarno, dan Churchill memenuhi halaman demi halamannamunjejak perempuan nyaris tak terlihatPadahal merekaadaberjuangbahkan memimpin. Fatima al-Fihri mendirikan universitas pertama di dunia. Hypatia dariAlexandria menjadi matematikawan dan filsuf di masa Yunani Kuno. Sojourner Truth berpidato tentang hak-hak sipil di tengah diskriminasi ganda sebagaiperempuan dan warga kulit hitamMereka nyatabukan mitos.

Jejak perempuan bukanlah hantu sejarahmereka nyatatapi tersembunyiPenulisan sejarahyang didominasi oleh sudut pandang laki-lakimenyebabkan kisah perempuan sering tertinggal. Ini bukan hanya soal representasitapi soal keadilanepistemik. Ketika kontribusi perempuandisembunyikanmaka nilai-nilai dan perjuanganmereka juga ikut tenggelam. Kita kehilangan setengahdari cerita umat manusia. Perempuan selama berabad-abad berkontribusi dalam bidang ilmu pengetahuansenipolitikpendidikan, dan perjuangan kemanusiaanNamun banyak dari mereka yang tak masuk dalamkurikulum resmitak terpampang dalam museum, ataubahkan sekadar disebut dalam ruang kelas.

Sebagai perempuan muda yang sedang menimbailmupenting bagi kita untuk melakukan upayapencarianMembaca ulang sejarah dari sudut pandanggender. Menggali kisah-kisah yang tersembunyi di balik catatan resmi. Kita bisa memulai dariperpustakaanartikel jurnalbahkan dari cerita-ceritakeluargaSetiap nenek punya kisah perjuangansetiapibu punya narasi ketangguhan. Narasi-narasi inimeskipun tak tercatat dalam buku sejarah resmimenyimpan nilai dan pelajaran yang sangat besarBahkan kisah perempuan di ranah domestik yang dianggap ‘biasa’ sejatinya adalah bagian penting dariperadabanMengurus keluargamendidik anak-anakmempertahankan kehidupan di masa konflikitusemua adalah bentuk kontribusi sosial yang tak bisadiremehkan.

Dalam ranah politikkita bisa melihat bagaimanatokoh seperti Raden Ajeng Kartini, Margaret Thatcher, Indira Gandhi, hingga Angela Merkel menunjukkanbahwa perempuan mampu berada di posisi pengambilkeputusan tertinggi. Di ranah sains, Marie Curie, Rosalind Franklin, dan Jane Goodall membuktikanbahwa sains bukanlah milik satu gender. Di bidangsastra dan pemikirantokoh seperti Simone de Beauvoir, Virginia Woolf, dan Pramoedya Ananta Toer—yang menulis tentang perempuan tangguh sepertiNyai Ontosorohmengingatkan kita bahwaperjuangan intelektual perempuan memiliki tempatyang kuat.

Namun pertanyaannyamengapa nama-nama inimasih kalah populer dibandingkan tokoh laki-lakilainnyaJawabannya ada pada sistem pengetahuanyang selama ini dibangun dan diwariskan secarapatriarkal. Maka dari ituperlu ada upaya sadar untukmengubah cara kita melihat dan menulis sejarah. Kita tidak hanya butuh mengenali peran perempuan masa lalutapi juga menempatkan mereka secara setarasebagai bagian penting dari perjalanan umat manusia.

Kita juga perlu mendorong institusi pendidikanuntuk memasukkan tokoh-tokoh perempuan dalamkurikulumMengapa hanya mengenal Galileo tapitidak mengenal Ada Lovelace? Mengapa hanya belajartentang Martin Luther King tapi tidak membahas Rosa Parks? Mengapa kita tahu tentang Albert Einstein tapitak banyak tahu tentang Lise Meitner, yang ikutmenemukan fisi nuklir? Sejarah yang kita pelajariharus lebih inklusif agar siswa-siswi perempuan juga bisa melihat cermin dari dirinya dalam pelajaransejarah. Ketika anak perempuan melihat perempuanlain menjadi ilmuwanpemimpinatau pejuang hakasasi manusiamereka akan lebih percaya dirimenapaki jalan yang sama.

Sebagai Immawatikita bisa menjadi penulissejarah baru. Kita bisa memilih untuk tidak hanyamembaca sejarahtapi menulisnya ulangdenganmenempatkan perempuan sebagai subjek yang utuhBukan korban sematatapi juga pemimpinpenggagas, dan penentu arah. Dunia tak pernah dibangun oleh satujenis kelamin. Dan sejarah yang utuh hanya bisadicapai jika kita berani menyuarakan nama-nama yang selama ini terhapus. Perempuan adalah bagian daridenyut nadi peradaban. Suara mereka harus diangkatpengalaman mereka harus dihargai, dan kisah merekaharus diceritakan berulang-ulang agar tidak lenyapditelan waktu.

Mencari jejak perempuan dalam sejarah bukanhanya soal mengenang masa lalutetapi juga membangun masa depan. Jika kita tahu dari mana kitaberasalkita akan tahu ke mana kita akan pergi. Kita akan lebih percaya dirilebih sadar akan potensi dan peran kita. Kita akan lebih peka terhadap ketidakadilanyang masih terjadi hari iniDengan pencarian inikitasedang melakukan kerja cinta kepada kebenaran. Karena sejarah tidak boleh setengah-setengah. Dan dengan menempatkan perempuan secara adil dalamsejarahkita sedang menyeimbangkan narasi umatmanusia itu sendiri. Pada akhirnyatugas kita bukansekadar menemukan nama-nama perempuan yang hilang dalam sejarahtetapi juga memastikan bahwaperempuan hari ini dan esok tidak akan lagi dihapusdari catatan sejarah. Kita menulis agar perempuan hariini dikenang, dan perempuan masa depan mendapattempat yang lebih layak dalam ingatan kolektif kita. Karena perempuan bukan hanya bagian dari sejarahmereka adalah penciptanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terdapat Studi Kasus mengenai Marina Abramović – dalam karyanya Seni Tubuh sebagaiMedium Ekspresi dan Kritik,

    Marina Abramović,  dikenal   sebagai   seniman   performans   asal  Serbia,  dikenal   sebagai   pelopor   seni   tubuh  (body  art). Da...