Minggu, 13 Juli 2025

Keberanian Perempuan dalam MenghadapiDiskriminasi:

Oleh Musliyani (Kordinator Unit Edukasi Literasi SKI VIII)

Munculnya gerakan kaum perempuan di Indonesia pada abad XIX tidak terlepas dari pengaruh dari gerakan perempuan yang berada di belahan dunia. Di Indonesia pengaruh tersebut muncul dalam bentukkeragaman ideologi, yang berkembang pada masaNasionalisme Indonesia yang menyebabkanterbentuknya berbagai organisai pergerakan nasionalIndonesia. Salah satunya yaitu gerakan kaum perempuan, Indonesia dalam bidang pendidikan. Seperti hanya pada masa kolonial Belanda, dunia pendidikan banyak terbatas diperoleh oleh orang- orang Belanda serta kaum priyayi atau bangsawan. Perkembangan pendidikan dengan model barat keras berjalan di Indonesia pada masa itu. Hal tersebut menyebabkan bertambah banyaknya jumlah pelajar dari kaum pribumi pada lembaga pendidikan atau sekolah barat, khususnya dari kalangan priyayi.

Kalangan terpelajar bangsa Indonesia semakinterbukti melihat adanya perbedaan yang sangatmendasar antara bangsa Eropa dan bangsa Indonesia,seperti dalam tingkatan stratifikasi dan gaya hidup. Kondisi kalangan pribumi atau bangsa Indonesia itu sendiri yang masih terbelakang, kuno serta kolotnya kehidupan tradisional yang dialami pada masa itu. Hal ini membawa perubahan pandangan pada kalangan terpelajar, bahwa tradisi nmulai dipandang bukan lagi sebagai suatu yang wajar yang harus dijunjung tinggi, melainkan tradisi adalah hambatan terhadap suatu kemajuan yang ingin dicapai. Pada masa itu tatanan adat dan tradisi cukup kuat membelenggu kehidupan di segala bidang bangsa Indonesia. Kalangan terpelajar yang dapat mengenyam pendidikan terbatas pada kaum laki-laki sementara kaum perempuan belum seluruhnya dapat menikmati pendidikan. Kenyataan ini membuat dimensi dominasi laki-laki atas perempuan hanya ditempatkan sebagai pendamping suami yang hanya bertugas menyiapkan kebutuhan rumah tangganya.

 

Berdasarkan keprihatinan terhadap kondisi kaum perempuan Indonesia tersebut, beberapa tokoh perempuan muncul sebagai pelopor kebebasan dan kesetaraan. Langkah ini dikenal dengan nama gerakan emansipasi wanita. Gerakan emansipasi wanita ini dipelopori oleh seorang anak bupati Jepara yaituRaden Ajeng Kartini. Raden Ajeng Kartini memilikicita- cita yang tinggi untuk mengangkat kaum perempuan, sehingga setara dengan kaum laki-laki terutama dalam hal pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari tulisan-tulisannya yang berbentuk surat-surat yang ditujukan kepada sahabat-sahabatnya diBelanda. Kumpulan surat- surat Kartini tersebutkemudian diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjuduul Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1911. Dalam buku tersebut diangkatlah bagaimana sikap atau pandangan orang tua terhadap putra-putrinya. Ketaatan dan kepatuhan kepada adat, termasuk kaidah-kaidah tata susila, sopan santun, serta tata cara yang mengatur hubungan sosial. Pada abad 19 jumlah putra-putri kaum pribumi yang bersekolah pada lembaga pendidikan Eropa semakin besar.

Hal ini sangat wajar berdasarkan lokasi sosialnya,bangsawan pribumi menjadi pelopor modernisasi masyarakat Indonesia. Tidak mengherankan pula dari kalangan itu muncul prakarsa untuk mendirikan sekolah bagi kaum wanita yang diasuh oleh parawarga ningrat itu sendiri. Untuk itu kaum wanita selain mendapat pelajaran untuk mengasah kecerdasan dan keterampilannya. Selain itu juga dapatmembangun sopan santun dan kesusilaan karenawanita mendapat pendidikan pada lingkungan sekolah dan lingkungan keluarganya. Maka sudah sewajarnyakaum perempuan mendapat panggilan suci dalampendidikan. Jadi kunci kemajuan kaum perempuan Indonesia adalah adanya kombinasi antara pendidikan Barat dengan pendidikan Timur.

Suatu pergerakan timbul biasanya dipicu oleh adanya semangat yang kuat untuk mengadakanperbaikan ke arah yang lebih adil, karena struktursosial yang dianggap timpang. Begitu juga gerakanperempuan. Secara historis gerakan perempuandiberbagai negara di dunia umumnya disebabkan olehkondisi sosial politik setempat. Pada intinya gerakanperempuan ini bangkit dalam rangka untukmemperbaiki tatanan pemerintahan sekaligus kulturalmasyarakat yang cukup kondusif menciptakan gejala ketimpangan perlakuan antara perempuan dan laki- laki.

Di Indonesia sendiri pada abad XIX gerakankaum perempuan terfokus pada menuntut untuk hak persamaan dalam bidang pendidikan. Perempuan pada waktu itu terkekang dengan budaya setempat yangtidak membolehkan kaum perempuan untuk memilikipendidikan yang  tinggi seperti kaum laki-laki. Perempuan bertugas menurut pada suami dan mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya. Perempuan sebagai the second sex yang bahkan tercermin dalam ungkapan-ungkapan yang lebih mengutamakan laki-laki. Ungkapan Suwargo nunut neroko katut, yang berarti bahwa kebahagiaan atau penderitaan istri hanya tergantung pada suami adalah contoh dimana perempuan dianggap tidak berperan dalam kehidupan. Situasi kebudayaan dengan semangat yang tercermin dalam ungkapan itu sangat dominan hingga pergantian abad ke-20. Sejarah menunjukkan bahwa hal itu harus berakhir karena datangnya kebudayaan modern. Contohnya ketika para pemuda Jawa yang terpelajar sudah tidak tahan pada dengan kondisi pada waktu itu,kemudian para pemuda tersebut mendirikan BudiUtomo, dan yang terjadi adalah pemberontakan kebudayaan.

Pemberontakan tersebut sangat penting dalamsejarah Indonesia, karena menjadi tanda bangkitnya nasionalisme dan sekaligus mundurnya kebudayaan Jawa. RA. Kartini yang telah berjuang mengangkatkaum perempuan dengan istilah Emansipasi Wanitamelalui peningkatan dalam bidang pendidikan, telahmengalami kemajuan yang luar biasa dalampergerakan kaum perempuan. Perkembangan tersebut tidak hanya dalam bidang pendidikan saja tetapi dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dengan dibuktikan adanya pergerakan kaum perempuan dalambidang-bidang tersebut. Undang-Undang Dasar 1945yang menjamin semua warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama bagi pergerakan perempuan untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kedudukannya. Untuk itulah kaum perempuan selalu berupaya melakukan yang terbaik untuk kaumnya, tentunya dengan membentuk organisasi- organisasi wanita.

Tuntutan-tuntutan organisasi tersebut akhirnya didengar oleh pemerintah. Kepedulian pemerintah terhadap tuntutan pergerakan wanita dibuktikan dengan disediakannya jabatan menteri muda urusan Peranan Wanita pada tahun 1978; yang kemudian ditingkatkan menjadi Menteri Negara Urusan PerananWanita. Dalam GBHN tahun 1978 menyatakan bahwawanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiata pembangunan. (Riant Nugroho, 2008: 133). Sekarang ini Kementriannya disebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas bahwa munculnya gender di Indonesia berawal dari adanya tradisi budaya yang kuat yang mengikat kaum perempuan pada waktu itu. Perempuan dianggapsebagai the second sex yang hanya bertugasmembantu suami saja. Hal tersebut yang mendorongadanya pemberontakan oleh kaum perempuan itusendiri terhadap budaya mereka, dengan munculnya RA Kartini sebagai pelopor pemberontakan tersebut.Dengan memajukan perempuan dalam bidang pendidikan. Akhirnya muncullah berbagai pergerakan kaum perempuan dalam berbagai bidang seperti, sosial, politik, budaya pertahanan dan sebagainya.Untuk itulah gerakan perempuan adalah pondasi dasarmunculnya gender di Indonesia. Gerakan perempuanadalah salah satu usaha untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat dunia, dan Indonesia khususnya. Tentunya dengan adanya dukungan oleh kaum laki-laki dan wanita dari berbagai generasi, organisasi, dan lembaga- lembaga pemerintahan dan swasta serta oleh dunia internasional sehingga kaum perempuan mampu hidup adil dan sejahtera.

“Perjuangan perempuan dalam menghadapi diskriminasi merupakan tema yang sangat relevan dan penting dalam konteks sosial saat ini. Berbagai kisah inspiratif dari perempuan di Indonesia menunjukkan keberanian dan ketahanan mereka dalam melawan berbagai bentuk ketidakadilan. Salah satu kisah yangmencolok adalah kisah Dewi Amba, yang menjadisimbol perjuangan perempuan melawan sistempatriarkal. Dalam cerita pewayangan, Amba mengalami penolakan dan penderitaan akibat norma sosial yang menempatkan perempuan dalam posisiyang lemah. Namun, ia memilih untuk melawan danbertransformasi menjadi Srikandi, seorang ksatria yang dihormati. Kisah Amba mencerminkan banyak perempuan modern yang berjuang melawan diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan berbasis gender, serta menuntut hak-hak mereka untuk dihargai dan didengar.

Contoh nyata lainnya adalah Nilawati, seorang tukang parkir yang menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja yang didominasi laki-laki. Meskipun mengalami diskriminasi gender, Nilawati tetap gigih menjalani pekerjaannya dengan semangat dan dedikasi. Ia tidak hanya berjuang untuk dirinyasendiri tetapi juga menjadi teladan bagi anak- anaknya tentang arti kerja keras dan keberanian. Kisah Nilawati menunjukkan bahwa perempuan dapat sukses di berbagai bidang, meskipun harus menghadapi stereotip dan tantangan.

Kisah inspiratif lainnya datang dari Irma,seorang relawan yang berusaha membantu korban kekerasan seksual di Aceh. Dengan kesabaran dan ketekunan, Irma berhasil mendapatkan kepercayaan para korban untuk menceritakan pengalaman mereka. Meskipun banyak dari mereka hidup dalam stigma dan diskriminasi, Irma berjuang untuk memberikan suara kepada mereka yang terpinggirkan. Kisah ini menggambarkan pentingnya keberanian dalam menghadapi ketidakadilan serta upaya untuk memulihkan martabat perempuan.  

Dalam konteks yang lebih luas, delegasi W20 Italia juga menekankan pentingnya solidaritas antarperempuan dalam melawan berbagai bentuk diskriminasi. Mereka menyerukan perlunya bersatuuntuk membela hak-hak perempuan di seluruh dunia, termasuk isu-isu seperti ketidakadilan ekonomi danbeban pekerjaan domestik yang tidak seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan tidak hanya bersifat individu tetapi juga kolektif2. Kesimpulannya, kisah-kisah inspiratif ini menyoroti keberanian perempuan dalam menghadapi diskriminasi dan ketidakadilan. Mereka menunjukkan bahwa meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi, dengan tekad dan solidaritas, perempuan dapat mengubah nasib mereka sendiri dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Ondy Fitrah Dept. Bidang Kader PK IMM FISIP 2025-2026 Div. Kajian Kebangsaan SKB Masalah pendidikan di Indonesia adalah isu yang kompleks ...