Senin, 07 Maret 2022

Posisi IMMawati pada International Womans Day

 


Selama berdekade-dekade lamanya, perempuan digambarkan secara timpang dalam masyarakat. Sebagai aktor sosial yang memainkan peran yang ditentukan oleh laki-laki melalui keinginan, namun hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika Serikat. Setelah diskusi panjang, Hari Perempuan Internasional disepakati untuk diperingati pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya. International Women’s Day adalah hari di mana perempuan diakui atas prestasi mereka tanpa memandang adanya konflik, baik secara nasional, etnis, linguistik, budaya, ekonomi maupun politik, sekaligus melihat lebih dalam berbagai permasalahan yang masih dihadapi perempuan.

Perjuangan dan suara perempuan sangat dibutuhkan di rana publik hingga sampai saat ini masih berlangsung dibuktikan dengan banyaknya bentuk kasus kekerasan seksual, apalagi perempuan dan alam kaitannya sangat erat. sebagai contoh kasus pergusuran di Pantai Merpati Bulukumba Sulawesi Selatan yang menjadi korban utamanya ialah perempuan. IMMawati sebagai penggerak ditubuh ikatan bukan hanya memiliki peran di dalam namun harus mampu juga mengambil peran di luar ikatan. Yang harus dipahami oleh seorang IMMawati, bahwa berIMM bukanlah sekedar berorganisasi, akan tetapi setiap pribadi dalam kehidupannya harus berdakwah. Pemasalahan IMMawati saat ini menjadi tamparan keras untuk kita bersama karena masih kurangnya action yang di lakukan padahal jika merujuk pada konsep IMMawati sebenarnya IMMawati sudah mempunyai gambaran, terutama dalam hal berpakaian.

Di samping itu IMMawati saat ini kurang berkeinginan meninggalkan zona nyamannya sehingga permasalahan permasalahan ini bisa menghambat IMMawati dan ketinggalan di permasalahan intelektual, spritual dan humanitis nya.

Gerakan IMMawati saat ini harus mempunyai banyak cabang ilmu dan jikalau hal tersebut tidak terjadi maka perubahan tidak ada dalam diri kita, dan bersiaplah mengalami ketertinggalan. 
"There will be no release magainst women if they are still experiencing forms of violence".
Amati- Pikirkan-Action mulai dari sekarang!

Oleh : Nur Afika Erika
Alumni SKI Jilid VI
Departemen Bidang Lingkungan Hidup, Maritim dan Agraria


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dalam Budaya Patriarki dan Pengaruh Betty Friedan serta Feminisme Gelombang Kedua

Budaya patriarki adalah suatu struktur sosial yang memberikan kekuasaan utama untuk laki-laki dan menetapkan perempuan dalam posisi subordin...