Sabtu, 30 November 2024

MENJUAL KOPI DEMI MELANJUTKAN PENDIDIKAN


Seorang pemuda bernama Agung berumur 20 tahun beliau harus terjun ke jalan untuk menjual kopi Fress untuk bisa melanjutkan pendidikan di dunia perkuliahan 

Beliau terpaksa menjual karna latar belakang orang tua sudah tidak bisa mencari penghasilan. Dia mengatakan sudah menjual kopi sejak 2 bulan lebih di jalan Sunu Makassar dan sekitarnya. Beliau memilih lokasi tersebut karna lokasi tersebut sangat strategis karna berdekatan juga dengan pasar terong.

Dia menjual berbagai macam minuman kopi seperti kopi gula aren dan kopi susu. Beliau menjual Kopinya dengan harga setiap kopi yaitu dua puluh ribu rupiah.

Pendapatan  Agung dengan menjual kopi kurang lebih tujuh puluh ribu rupiah sampai seratus ribu rupiah per harinya . Agung adalah seorang Pemuda yang harus terjun ke jalan untuk menjual kopi demi ingin.   melanjutkan pendidikan ke dunia perkuliahan

Minggu, 24 November 2024

HARI GURU: REFLEKSI TIGA TAHUN PERJUANGAN GURU DI INDONESIA

PUTRI NURHANDAYANI. Y
(KETUA BIDANG IMMAWATI)

Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru, hari yang seharusnya menjadi momen bagi kita semua untuk menghargai jasa para pendidik yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, jika kita menoleh ke belakang dan melihat perjalanan tiga tahun terakhir, peringatan ini bukan hanya soal merayakan keberhasilan, tetapi juga refleksi mendalam tentang tantangan, kesulitan, dan perjuangan besar yang dihadapi oleh guru di Indonesia. Pandemi Covid-19 : Perubahan Radikal dalam Dunia Pendidikan 2020, dimana pada tahun 2020 menjadi awal yang penuh tantangan bagi dunia pendidikan. Pandemi COVID-19 memaksa seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk melakukan perubahan besar-besaran dalam sistem pembelajaran. Sekolah-sekolah ditutup, dan pembelajaran dilakukan secara daring. Hal ini menuntut guru untuk beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi, beralih dari metode tatap muka ke platform online yang sebelumnya mungkin tidak begitu dikenal oleh sebagian besar pendidik.

Namun, tantangan terbesar tidak hanya terletak pada kemampuan teknis. Tidak semua guru memiliki fasilitas yang memadai untuk mengajar secara daring, seperti perangkat komputer atau koneksi internet yang stabil. Begitu juga dengan para siswa yang tinggal di daerah terpencil, di mana akses terhadap teknologi sangat terbatas. Guru harus menjadi fleksibel dan kreatif untuk terus memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan untuk belajar. Guru-guru di Indonesia pun harus menyesuaikan kurikulum yang ada dengan situasi yang sangat dinamis. Mengajar melalui layar komputer bukanlah hal yang mudah, terutama ketika menyangkut interaksi sosial dan pemahaman materi secara mendalam. Banyak yang merasa terisolasi dan tidak memiliki dukungan yang cukup. Selain itu, beban kerja yang semakin meningkat, karena harus mempersiapkan materi ajar yang bisa dipahami siswa dalam format digital, membuat sebagian besar guru merasa kelelahan mental dan fisik.

Pemulihan Pendidikan dan Kembali ke Pembelajaran Tatap Muka di Tahun 2021, Setelah sekitar satu tahun penuh menjalani pembelajaran daring, pada tahun 2021, beberapa daerah di Indonesia mulai kembali membuka sekolah secara terbatas, dengan protokol kesehatan yang ketat. Meskipun banyak guru yang merasa lega karena bisa kembali bertemu dengan siswa secara langsung, proses transisi ini juga penuh tantangan. Di satu sisi, ada kegembiraan karena bisa berinteraksi langsung dengan siswa, tetapi di sisi lain, pandemi meninggalkan dampak psikologis yang dalam. Banyak siswa yang mengalami kesulitan beradaptasi setelah berbulan-bulan hanya belajar dari rumah. Guru harus ekstra sabar dan memahami kondisi psikologis siswa yang mungkin kehilangan motivasi belajar atau bahkan kesulitan dalam mengejar materi yang tertinggal. Sementara itu, ketidakpastian mengenai kapan pandemi akan berakhir membuat banyak guru terus merasa tertekan. Protokol kesehatan yang ketat juga memperkenalkan tantangan logistik, seperti pembatasan jumlah siswa dalam kelas, yang mempengaruhi cara guru mengajar dan mengelola kelas.

Kemajuan Teknologi dan Kurikulum merdeka belajar 2023-2024, seiring dengan perbaikan dalam situasi pandemi, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan konsep "Merdeka Belajar" yang dirancang untuk memberikan kebebasan lebih kepada siswa dan guru dalam menentukan cara dan metode belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dalam konsep ini, guru diberi kebebasan lebih dalam mengatur proses pembelajaran, tidak hanya berfokus pada hasil ujian, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan karakter siswa. Namun, implementasi Merdeka Belajar menghadapi tantangan tersendiri. Banyak guru yang masih kesulitan beradaptasi dengan pendekatan ini. Meski ada pelatihan dan pembekalan yang diberikan, tidak semua guru memiliki pemahaman yang sama mengenai penerapan kebijakan ini, terutama di daerah-daerah dengan keterbatasan akses ke sumber daya. Di beberapa daerah, guru masih terikat dengan tradisi mengajar yang lebih konvensional dan kurang terbuka dengan metode-metode baru. Di sisi lain, pandemi yang belum sepenuhnya berakhir menambah kesulitan bagi para guru. Pengajaran yang seharusnya lebih fleksibel justru terbentur oleh infrastruktur yang terbatas, sehingga tidak jarang guru-guru di daerah terpencil merasa tertinggal dalam hal teknologi dan pengembangan diri. Dengan kondisi ini, para guru kembali harus menghadapi perjuangan ekstra, baik dari segi profesionalisme maupun kesejahteraan mereka.

Isu Kesehjateraan dan Perhargaan terhadap Guru, merupakan salah satu aspek yang tak kalah penting adalah isu kesejahteraan guru yang terus menjadi sorotan. Meskipun pemerintah telah berupaya memperbaiki tunjangan dan fasilitas bagi guru, kenyataannya banyak guru yang masih merasa penghasilan mereka tidak sebanding dengan beban kerja yang mereka tanggung. Banyak guru honorer yang tetap menghadapi ketidakpastian masa depan, sementara guru PNS pun harus berjuang menghadapi tantangan beban kerja yang semakin tinggi dengan kondisi yang semakin sulit. Keputusan pemerintah untuk menambah tunjangan guru dan memperkenalkan beberapa program peningkatan kualitas guru memang menjadi angin segar, namun proses implementasinya yang tidak merata, terutama di daerah-daerah tertentu, membuat perbedaan yang signifikan dalam kesejahteraan guru di Indonesia. Banyak guru yang merasa kurang dihargai atas dedikasi yang mereka berikan, apalagi ketika pengakuan dan penghargaan terhadap profesi ini lebih sering datang dari masyarakat, bukan dari kebijakan pemerintah.

Menyongsong Masa Depan dimana peringatan Hari Guru tahun ini menjadi refleksi penting tentang perjalanan profesi guru di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Dari perubahan drastis karena pandemi COVID-19, peralihan menuju pembelajaran tatap muka dengan segala tantangannya, hingga upaya pemerintah dalam menghadirkan kebijakan Merdeka Belajar dan program peningkatan kualitas guru. Semua peristiwa ini menunjukkan bagaimana guru terus beradaptasi dan berjuang di tengah segala keterbatasan. Namun, kita tidak boleh berhenti di sini. Guru adalah pahlawan yang tak terlihat, yang bekerja keras setiap hari untuk membentuk masa depan bangsa. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memberikan lebih banyak dukungan dan penghargaan terhadap mereka. Tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga penghargaan atas peran mereka dalam mencerdaskan anak bangsa. Hanya dengan dukungan yang kuat, guru akan mampu menghadapi tantangan masa depan dan memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa. Mari kita rayakan Hari Guru ini dengan mengenang pengorbanan mereka dan berkomitmen untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik, dan siswa dapat meraih masa depan yang lebih gemilang.

Bertahan di Tengah Dilema: Potret UMKM di Taman Kota Bambu Runcing Kab.Pangkajene dan Kepulauan

AULIA TUL MAULIDAH
ILMU KOMUNIKASI

Kamis, 21 November 2024, saya menjadikan Muhlis (44 tahun) sebagai komunikan yang bekerja sebagai pedagang minuman gelas di sekitaran taman kota Bambu Runcing Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

Di tengah kesibukan Kab. Pangkajene dan Kepulauan, saya berbincang dengan narasumber saya, yaitu Muhlis. Yang di mana sebagai Kepala keluarga yang mencari nafkah dengan cara menjual minuman bubuk di sekitaran Taman Kota Bambu Runcing yang buka dari jam 4 sore -12 malam. Ia merintis bersama istrinya sejak tahun 2019 sampai sekarang, yang dimana sudah 6 tahun lamanya. Omset pemasukan sering naik turun. Seperti di hari-hari biasanya 20 gelas, d hari weekend mencapai 30-50 gelas. Tetapi beda lagi jika musim hujan, itu sangat mempengaruhi. “Biasanya juga kami tidak berjualan jika adanya penilaian adu pura, kami tidak berjualan 2-3 hari lamanya” ucap Muhlis.

Dari banyaknya pesaing, yang dimana hampir semua pedangan di sekitarnya menjual dagangan yang hampir sama, Muhlis tidak khawatir dengan hal tersebut, dia percaya dengan rezeki masing-masing dan yakin akan jualannya lebih di cari orang karna lebih berkualitas yang menggunakan minuman bubuk kekinian tapi harga terjangkau dibandingkan dengan pedagang yang lainnya menjual minuman sashetan. 

 Akan tetapi yang menjadi masalah, di Taman Kota Bambu Runcing sebenarnya tidak di perbolehkan untuk berjualan oleh pemerintah karena mengganggu ke -tatanan kota dan mengganggu ketenteraman masyarakat setempat. Walaupun di larang, mereka tetap nekat berjualan di sana. “ Tapi pemerintah juga harus tau, bahwasannya yang berdagang di wilayar sekitara bambu runcing ialah masyarakat UNKM kelas bawa semua, yang menjadikan tempat ini untuk mencari nafkah. Yang dimana berdasarkan survei BPS Sulsel Tahun ini, Kab. Pangkajene dan Kepulauan menduduki sebagai Kabupaten Termiskin Urutan Pertama. “Tapi kami juga sadar diri, di setiap selesai berdagang, kami pastinya membersihkan.” Ujarnya. 

Seringkali terdengar desas desus di para pedagang Sekitaran Taman kota bambu runcing bahwa mereka akan d suruh pindah berjualan lah, adanya ketertiban yang akan dilakukan oleh Satpol PP, dan cerita cerita lainnya. “ Akan tetapi alhamdulilah sampai sekarang belum pernah terjadi” ucapnya. Sebenarnya pemerintah memberikan kebijakan untuk berjualan di sekitaran Taman kota tersebut, asalkan tidak melanggar aturan yang di buat.

Keluh kesah nya menjual d Taman Kota, tatanan kurang mendukung. Yang membuat tampilan pola penempatan gerobak atau tenda yang abstrak, menjadi merusak estetika keindahan.

 jadi harapannya, pemerintah bisa menyediakan gerobak atau tenda yang merata agar mendapatkan daya tarik untuk pengunjung. Walaupun di suruh mengeluarkan biaya untuk memenuhi harapan itu, para pedagang dengan senang hati untuk ikut serta untuk terlaksananya hal tersebut. Yang penting tatanan gardunya lebih menarik untuk di kunjungi. Karna  harapannya,  jika tatanan kota cantik dan bagus, untuk orang luar daerah atau yang d dalam daerah pun tertarik untuk berkunjung terus ke taman kota bambu runcing untuk melihat-lihst dan berkulineran di Taman Kota Bambu Runcing sambil menikmati indahnya kota Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

MEMBUKA PINTU MASA DEPAN UNTUK ANAK JALANAN MELALUI “PENDIDIKAN”

RISKA YANTI
(DEPARTEMEN BIDANG IMMAWATI)

Pendidikan anak jalanan merupakan permasalahan sosial yang kompleks dan mendesak, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak yang terpaksa hidup dan bekerja di jalanan. Anak-anak ini seringkali tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan formal, yang seharusnya menjadi hak dasar setiap anak. Berbagai faktor antara lain kemiskinan, minimnya infrastruktur pendidikan, dan rendahnya kesadaran masyarakat turut berkontribusi terhadap kondisi ini. Kondisi pendidikan anak jalanan sangat dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi keluarganya. Banyak dari mereka berasal dari keluarga miskin sehingga harus bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Akibatnya, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar seringkali terbuang untuk mencari nafkah. Anak jalanan menghadapi kesulitan dalam mengakses sekolah karena terbatasnya fasilitas pendidikan dan dukungan orang tua. Anak jalanan seringkali terpaksa putus sekolah atau tidak pernah bersekolah sama sekali. Mereka yang berusaha untuk tetap bersekolah seringkali mengalami kesulitan mengikuti pelajaran karena harus bekerja di luar jam sekolah. Hal ini menyebabkan motivasi belajar dan prestasi akademik mereka menjadi rendah. Selain itu, banyak juga anak jalanan yang mengalami stigma sosial yang membuat mereka merasa terkucil di lingkungan pendidikan formal.

Dalam situasi sulit ini, pendidikan dapat menjadi kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik bagi mereka. Pendidikan mempunyai kekuatan untuk mengubah kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, anak jalanan dapat mempelajari keterampilan baru yang akan membantu mereka di masa depan. Keterampilan tersebut tidak hanya terbatas pada pengetahuan akademis saja, namun juga mencakup pembentukan karakter, pemahaman nilai nilai sosial,dan keterampilan praktis yang dapat mereka gunakan untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan belajar, mereka mempunyai kesempatan untuk menemukan minat dan bakat yang mungkin belum pernah mereka sadari sebelumnya. Ini adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih baik. Selain itu, pendidikan juga berperan penting dalam membangun rasa percaya diri anak-anak tersebut. Ketika mereka berhasil memahami suatu pelajaran atau mencapai suatu target, maka rasa percaya diri mereka akan tumbuh. Mereka akan merasa lebih mampu menghadapi tantangan hidup yang ada di hadapannya. Pendidikan juga dapat membantu mengubah pandangan masyarakat terhadap anak jalanan. Jika mereka mampu menunjukkan bahwa mereka mampu belajar dan berprestasi, maka masyarakat akan mulai melihat potensi positif yang ada pada diri mereka, bukan sekedar stigma negatif saja.

Dengan memberikan akses terhadap pendidikan yang layak, kita dapat membantu anak-anak ini mengubah nasib mereka dan mencapai impian yang selama ini tampak di luar jangkauan mereka. Oleh karena itu, untuk mewujudkan semua itu, kita perlu bekerja sama. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) harus bersatu untuk menciptakan program pendidikan yang inklusif dan ramah terhadap anak jalanan, seperti memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Program pendidikan alternatif dan layanan pendidikan gratis dapat menjadi solusi untuk membantu anak-anak tersebut mendapatkan akses terhadap pendidikan yang layak, seperti menyediakan sekolah alternatif atau kelas keterampilan yang fleksibel dan mudah diakses oleh anak-anak tersebut. Program-program tersebut harus dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi agar dapat memberikan manfaat yang maksimal. Fasilitas pendidikan juga sangat penting dalam proses ini. Ruang belajar yang nyaman, buku-buku dan alat-alat belajar harus tersedia agar anak merasa termotivasi untuk belajar. Selain itu, guru perlu dilatih untuk memahami tantangan unik yang dihadapi anak jalanan. Dengan pendekatan empati dan dukungan yang tepat, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menginspirasi bagi anak-anak tersebut. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga sangat diperlukan dalam mendukung pendidikan anak jalanan. Kita semua dapat berkontribusi dengan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi kelompok ini. Masyarakat dapat berpartisipasi melalui donasi atau menjadi sukarelawan pada program pendidikan yang ada. Selain itu, dukungan psikososial juga harus diberikan kepada anak-anak tersebut agar mereka dapat mengatasi trauma atau masalah emosional akibat kehidupan di jalanan.

Membuka pintu masa depan bagi anak jalanan melalui pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan memberikan anak-anak jalanan akses terhadap pendidikan berkualitas, kita tidak hanya membantu mereka mengubah nasib pribadi mereka tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan menjadi kunci untuk memutus siklus kemiskinan dan memberikan harapan bagi masa depan anak-anak tersebut. Oleh karena itu, upaya bersama dari pemerintah, masyarakat dan keluarga sangat penting dalam menangani masalah pendidikan anak jalanan. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa setiap anak di Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan membangun masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.

PERAN PEREMPUAN DI DUNIA POLITIK

AULIA NURUL FADHILLAH
(DEPARTEMEN BIDANG IMMAWATI)

Pernyataan tentang “Politik Bukanlah Untuk Perempuan” merupakan isu yang telah ada sejak lama dan memiliki dampak yang signifikan dalam membatasi peran perempuan. Akibatnya, perempuan mengalami marginalisasi dalam politik, bahkan dalam kegiatan politik yang paling kecil sekalipun. Ketika politik hanya dipahami sebagai kegiatan yang berhubungan dengan “Kekuatan”,  hal ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan gender merupakan konsekuensi dari struktur politik yang kurang memperhatikan kepentingan perempuan di ranah publik. Memperjuangkan keterlibatan perempuan di ranah publik akan menciptakan wajah politik yang lebih inklusif terhadap perempuan. Dalam hal kesetaraan gender pada perempuan dalam dunia politik merupakan perjuangan panjang yang terus dan tetap dilakukan oleh perempuan di seluruh dunia. 

Keterlibatan perempuan dalam ranah politik bukan hal yang baru. Dalam sejarah perjuangan perempuan, partisipasi perempuan dalam pembangunan, telah banyak kemajuan yang telah dicapai terutama di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan bidang pemerintahan. Alasan perempuan untuk ikut di pemerintahan sangat penting untuk mewakili suara perempuan agar kebijakan yang dibuat ikut memperhatikan kepentingan perempuan juga. Perempuan memiliki peran penting dalam dunia politik dan dapat berperan aktif dalam ranah politik. Salah satu peran perempuan yang sangat penting yaitu dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan. Dengan adanya keterlibatan atau bentuk partisipasi perempuan dalam politik memiliki dampak yang cukup besar, seperti halnya dengan memperjuangkan segala hak yang patut diperjuangkan. 

Dari segi Hak Asasi Manusia, perempuan mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki. Keduanya memiliki hak, kedudukan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesehatan, pendidikan, pekerjaan, hak untuk hidup, hak kemerdekaan pikiran, hak untuk tidak disiksa, hak untuk berserikat, dan berbagai hak yang dilindungi oleh hukum. Tetapi, akan selalu ada tantangan dalam keterlibatan perempuan di ranah politik yaitu salah satunya pada Norma Sosial dan Budaya, patriarki yang masih kuat terutama pada masyarakat Indonesia seringkali menempatkan perempuan pada posisi subordinat atau tunduk pada sesuatu yang lain, sehingga menghambat partisipasi atau keterlibatan politik mereka. 

Hal yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi segala hambatan atau tantangan terkait persoalan tentang berpartisipasinya perempuan dalam dunia politik yaitu dengan memberikan dukungan serta segala kebijakan.  Merubah Norma Sosial dengan menentang patriarki, karena partisipasi aktif perempuan dalam politik dapat membantu menghancurkan stereotip gender dan menantang struktur kekuasaan patriarkal yang telah bertahan lama. Dan membuka ruang bagi generasi muda, keberadaan perempuan sebagai pemimpin politik dapat menjadi role model bagi generasi muda, terutama perempuan untuk berani bermimpi dan berkarier di bidang politik.

Bapak Penjual Ikan, Sang Inspirasi: Berhasil Sekolahkan Tiga Anak hingga Sarjana

 


Kota Makassar – Kehidupan seorang penjual ikan di depan alfamidi Tamalate biasanya identik dengan kesederhanaan. Namun, bagi Pak Nurdin (55), pekerjaan itu menjadi jalan untuk mengubah nasib keluarganya. Dengan semangat pantang menyerah, pria yang sehari-hari berjualan ikan di Depan Alfamidi Tamalate ini berhasil menyekolahkan tiga anaknya hingga menyandang gelar sarjana.

Pak Nurdin memulai harinya setiap pukul 4 pagi. Ia membeli ikan dari pelelangan di pelabuhan setempat dan menjualnya keliling menggunakan motor hingga menjelang siang iya pangkal di dapan alfamidi tamalate. Meski penghasilannya tak menentu, ia tetap konsisten menyisihkan sebagian untuk pendidikan anak-anaknya. “Saya selalu percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk kehidupan yang lebih baik,” ujar Pak Nurdin saat diwawancarai.

Ketiga anaknya kini telah menyelesaikan pendidikan tinggi di bidang yang berbeda. Anak pertama, Ratna, lulus sebagai sarjana Kesehatan, sementara anak kedua, Putri, mengambil jurusan ekonomi sosial. Anak bungsu, Winda, baru saja diwisuda sebagai sarjana menejemen. “Melihat mereka memakai toga adalah momen yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata,” katanya sambil tersenyum haru.

Pak Nurdin mengaku perjuangannya tak mudah. Ia sering kali harus bekerja tambahan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan. Namun, dukungan dari istrinya, Bu Sri, menjadi kekuatan terbesar dalam melewati tantangan. “Kami saling menyemangati. Kami tahu ini bukan untuk kami, tapi untuk masa depan anak-anak,” tambahnya.

Ketiga anaknya kini bekerja di bidang masing-masing dan bertekad membantu orang tua mereka. Ratna, sang Keshatan,Dia bekerja di puskesmas sekarang, bahkan berencana membuka klinik gratis di kampung halamannya sebagai bentuk pengabdian. “Kami tidak akan melupakan apa yang telah Bapak dan Ibu korbankan untuk kami,” ujar Ratna.

Kisah Pak Nurdin menjadi bukti bahwa semangat, kerja keras, dan tekad yang kuat dapat mengatasi segala keterbatasan. Ia berharap cerita hidupnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan mimpi. "Mungkin kita tidak kaya harta, tapi kita bisa kaya ilmu dan kebahagiaan," tutup Pak Nurdin dengan senyum penuh kebanggaan.




Jumat, 22 November 2024

DAMPAK HIJAB BAGI PENGGUNANYA YANG SERING DI ANGGAP SEPELE

 

LUTHFIAH ZAIN
(DEPARTEMEN BIDANG IMMAWATI)

Isu hijab di indonesia saat ini menjadi topik yang sangat kompleks dan kontroversial, melibatkan berbagai aspek sosial, politik, dan agama. Seperti isu pada kontroversi larangan hijab pada paskibraka. Hal ini memicu perhatian luas dimana adanya dugaan larangan penggunaan hijab bagi anggota pasukan pengibar bendera pusaka pada upacara 17 agustus 2024. Kebijakan ini dianggap berbeda dengan hak kebebasan beragama, dan banyak pihak menilai bahwa hal ini merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan muslim. Meskipun pihak badan pembina ideologi pancasila (BPIP) menyatakan tidak ada paksaan untuk melepas jilbab, banyak yang menganggap peraturan tersebut melanggar hak asasi manusia.

Amnesty Internasional Indonesia dalam laman media sosialnya merilis larangan penggunaan maupun pemaksaan hijab merupakan bentuk diskriminasi. Hijab adalah bagian dari hak atas kebebasan beragama yang harusnya dihormati! Kita semua berhak atas kebebasan beragama. Hak atas kebebasan berpikir, berhati nurani, beragama dan berkeyakinan dijamin dalam hukum HAM internasional maupun konstitusi kita. Kita berhak menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nurani, beribadah dan menjalankan ajaran agama serta kepercayaan, dan mengekspresikan diri sesuai nilai-nilai yang kita yakini. Sehingga Larangan mengenakan hijab memiliki dampak yang signifikan terhadap perempuan Muslim, baik secara psikologis maupun sosial. Secara psikologis, larangan ini dapat menyebabkan perasaan teralienasi dan marginalisasi, karena perempuan Muslim dipaksa untuk memilih antara identitas agama mereka dan partisipasi penuh dalam masyarakat. Hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan emosional mereka, serta menghambat kesempatan mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan publik. 

Secara sosial, larangan berjilbab juga dapat memperkuat stereotip negatif terhadap Muslim dan meningkatkan ketegangan antar komunitas. Ketika pemerintah atau institusi menetapkan larangan tersebut, mereka secara tidak langsung mengirimkan pesan bahwa identitas Muslim tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai nasional. Hal ini dapat memicu reaksi keras dari komunitas Muslim, yang merasa hak-hak mereka dilanggar dan identitas mereka diserang. Padahal Hijab merupakan simbol identitas dan ketaatan bagi banyak wanita Muslim di seluruh dunia. Lebih dari sekedar pakaian, hijab memiliki makna mendalam yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan kesehatan. Dalam konteks ini, penting untuk memahami mengapa hijab menjadi bagian integral dalam kehidupan banyak wanita serta manfaat dan dampaknya.

Hijab dipandang sebagai kewajiban agama bagi wanita muslim, yang tercantum dalam Al-Qur'an. Dalam Surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya:

“Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dengan mengenakan hijab, seorang wanita menunjukkan ketaatan terhadap perintah agama dan menghormati nilai-nilai yang di yakini. Hijab berfungsi sebagai pengingat bagi pemakainya untuk menjaga perilaku dan akhlak yang baik. Melalui hijab, wanita tidak hanya menutup aurat tetapi juga menciptakan batasan yang jelas antara diri mereka dan dunia luar.

Banyak sekali manfaat yang dapat kita rasakan jika kita membiasakan diri untuk memakai jilbab seperti : (1) Kepatuhan terhadap agama: Menggunakan hijab adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Hal ini memberikan rasa kedamaian dan kepuasan batin bagi wanita yang menjalankannya. (2) Perlindungan dari paparan sinar matahari: Hijab membantu muslimah melindungi kulit dan rambut dari sinar UV yang berbahaya. Dengan mengenakan hijab, wanita dapat menghindari risiko kanker kulit dan kerusakan rambut akibat paparan langsung sinar matahari. Sehingga meningkatkan kepercayaan diri kita. (3) Menjaga kebersihan dan kesopanan: Hijab memberikan perlindungan tambahan terhadap debu dan polusi yang dapat merusak kesehatan kulit dan rambut. Selain itu, dengan menutup aurat, wanita merasa lebih nyaman dan terlindungi dari pandangan yang tidak senonoh. (4) Mencegah perilaku tak senonoh dan memberi rasa perlindungan: Dengan mengenakan hijab, wanita cenderung lebih berhati-hati dalam berperilaku. Hijab menjadi pengingat untuk menjaga sikap dan tindakan agar sesuai dengan nilai-nilai agama. Di lingkungan di mana pandangan negatif terhadap pakaian terbuka umum, hijab memberikan rasa aman bagi wanita dari potensi pelecehan atau gangguan.

Sehingga dampak dari hijab tentu sangatlah dirasakan dan bukan hanya dirasakan oleh individu saja melainkan masyarakat secera keseluruhan. Di sisi lain, penggunaan hijab juga dapat menghadapi berbagai tantangan dalam masyarakat mulai dari pandangan, budaya terlebih lingkungan yang minoritas pengguna hijab. Selain itu, adanya advokasi hukum juga sangat penting. Dengan pemberdayaan organisasi perempuan dapat mendorong organisasi perempuan untuk mengambil peran aktif dalam advokasi hak-hak perempuan, termasuk hak untuk mengenakan hijab tanpa tekanan atau diskriminasi. 

Solusi dari permasalahan tersebut, sebagai seorang muslimah terutama bagi kita yang tlah berpendidikan maka perlu ada kesadaran pemahaman terkait pentingnya bagi wanita muslimah unruk tetap mengenakan hijab dan itu adalah hak kita. Memperbanyak dialog tentang keperempuanan sehingga terbangun rasa saling penghartian dan menghormati perbedaan satu sama lain.

Melawan Sunyi: Mengungkap Kekerasan Berbasis Gender di Indonesia

 

  PUTRI RAHMADANI HASMAR
  ( DEPARTMEN BIDANG IMMAWATI)

Kekerasan berbasis gender (KBG) di Indonesia terus menjadi masalah serius yang sering kali tersembunyi di balik stigma, budaya patriarki, dan ketidakadilan struktural. Pada 2024, data dari Komnas Perempuan menunjukkan peningkatan signifikan dalam laporan KBG, terutama dalam bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan seksual, dan kekerasan berbasis teknologi atau cyberbullying. Meski ada peningkatan kesadaran dan upaya untuk membuka diskusi mengenai KBG, banyak korban yang masih "sunyi" karena takut akan stigma, penilaian negatif, atau ketidakpastian mengenai dukungan yang akan mereka terima.

Salah satu aspek yang membuat korban enggan untuk berbicara adalah minimnya dukungan hukum yang komprehensif. Meskipun Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) pada 2022, implementasinya masih menemui tantangan besar, terutama di daerah terpencil. Banyak kasus yang masih sulit diproses karena hambatan birokrasi dan kurangnya edukasi masyarakat tentang hak-hak perempuan dan korban KBG. Selain itu, stigma yang menganggap korban sebagai "pelaku" atau penyebab kekerasan yang mereka alami membuat banyak korban lebih memilih untuk diam.

KBG di era digital juga menjadi tantangan baru yang kompleks. Revenge porn atau penyebaran konten intim tanpa persetujuan telah menjadi bentuk pelecehan digital yang kian umum di online) meningkat hampir 40% pada tahun ini, dan kebanyakan korban adalah perempuan berusia muda. Untuk benar-benar melawan "kesunyian" ini, upaya dari berbagai pihak diperlukan. Komunitas digital seperti SAFEnet dan Komnas Perempuan terus memperjuangkan hak-hak korban dengan mengedukasi masyarakat tentang literasi digital dan pentingnya melaporkan kasus KBGO. Di samping itu, media dan organisasi nonpemerintah juga berperan penting dalam mengangkat isu ini ke ruang publik, membuka ruang aman bagi korban untuk bersuara, dan menekan pemerintah untuk memperkuat kebijakan perlindungan bagi korban KBG.

Pada akhirnya, perjuangan untuk melawan sunyi dan mengungkap KBG di Indonesia adalah tugas bersama. Dengan adanya edukasi publik yang lebih luas, perlindungan hukum yang kuat, dan dukungan dari masyarakat, diharapkan korban tidak lagi merasa sendiri atau terisolasi. KBG bukanlah masalah pribadi korban saja, tetapi masalah sosial yang memerlukan kesadaran dan respons aktif dari seluruh elemen bangsa Indonesia. Kasus ini menghancurkan reputasi sosial dan mental korban, yang sering kali kehilangan privasi dan merasa terisolasi akibat perlakuan dari pelaku yang memanfaatkan teknologi untuk menekan korban. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) menyebutkan bahwa kasus KBGO (kekerasan berbasis gender).

Senin, 18 November 2024

DAMPAK KETIDAKSETARAAN DALAM PEMBAGIAN TUGAS DAN PERAN TERHADAP KARIER PEREMPUAN

     FINA MAISAROH NUR MAULIDIANA 
   (DEPARTEMEN BIDANG IMMAWATI PIKOM IMM FISIP)


Salah satu isu besar terkait dengan keperempuanan adalah ketidaksetaraan terhadap perempuan dan perannya yang masih banyak terjadi di banyak budaya, termasuk di Indonesia dan di berbagai negara lainnya. Meskipun perempuan telah mencapai banyak kemajuan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, beban tanggung jawab yang tidak seimbang di rumah tetap menjadi hambatan besar bagi banyak perempuan dalam mencapai potensi penuh mereka, baik dalam aspek pribadi maupun profesional.
Pembagian Tugas Rumah Tangga yang Tidak Seimbang: Secara tradisional, perempuan sering dianggap sebagai pihak yang harus mengurus urusan rumah tangga, termasuk memasak, membersihkan rumah, merawat anak, hingga merawat anggota keluarga lainnya. Sementara itu, laki-laki lebih sering diposisikan sebagai pencari nafkah utama, meskipun dalam banyak kasus perempuan juga bekerja di luar rumah. Bahkan di keluarga di mana perempuan dan laki-laki sama-sama bekerja, perempuan cenderung lebih banyak menangani pekerjaan rumah tangga. Hal ini dikenal dengan istilah "double burden", yakni beban ganda yang dialami perempuan, yang harus bekerja di luar rumah sekaligus mengurus pekerjaan domestik di rumah. Menurut sejumlah studi, perempuan di banyak negara menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah tangga daripada laki-laki. Misalnya, data dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menunjukkan bahwa secara global, perempuan menghabiskan rata-rata 3 kali lebih banyak waktu daripada laki-laki untuk pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar. Di sisi lain, laki-laki, meskipun ada yang terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, seringkali hanya berperan dalam tugas-tugas tertentu yang dianggap "maskulin" atau lebih mudah, seperti memperbaiki barang-barang atau mengurus mobil.
Dampak terhadap Karier Perempuan: Ketidaksetaraan pembagian tugas rumah tangga ini memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan karier perempuan. Perempuan yang mengalami beban ganda, yang harus mengatur waktu antara pekerjaan di kantor dan pekerjaan domestik, seringkali menghadapi kesulitan dalam berkompetisi dengan laki-laki di tempat kerja. Mereka mungkin tidak memiliki cukup waktu atau energi untuk mengejar peluang pengembangan diri, mengikuti pelatihan, atau mengambil tanggung jawab lebih di pekerjaan yang bisa mempercepat karier mereka. Selain itu, perempuan juga cenderung lebih sering memilih pekerjaan yang lebih fleksibel atau paruh waktu agar bisa mengatur waktu dengan keluarga, yang seringkali mengarah pada karier yang lebih terbatas. Hal ini menambah kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam hal kenaikan jabatan, gaji, dan pengaruh di tempat kerja. Di banyak negara, perempuan juga lebih rentan untuk meninggalkan pekerjaan atau mengambil cuti panjang ketika menghadapi peran sebagai ibu, terutama setelah melahirkan, karena mereka merasa ada tanggung jawab ganda yang harus mereka penuhi. Di sisi lain, laki-laki sering kali tidak menghadapi tekanan yang sama terkait dengan peran ayah atau suami, yang memberi mereka lebih banyak ruang untuk fokus pada pekerjaan mereka dan mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi dalam karier.
Faktor Sosial dan Budaya Isu ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya yang mendalam. Di banyak masyarakat, ada harapan sosial yang kuat bahwa perempuan harus mengutamakan keluarga, dan pekerjaan rumah tangga sering dianggap sebagai "tanggung jawab alami" mereka. Sementara itu, laki-laki dipandang sebagai pencari nafkah utama. Pembagian peran ini dipengaruhi oleh norma-norma patriarkal yang sudah mendarah daging dalam berbagai budaya. Selain itu, di tempat kerja, sering kali terdapat budaya yang tidak mendukung fleksibilitas bagi pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga, yang cenderung merugikan perempuan. Perempuan yang memilih untuk mengambil cuti melahirkan atau merawat anak mungkin dianggap kurang berdedikasi, sementara laki-laki yang melakukan hal serupa tidak mengalami stigma yang sama. Inilah yang menciptakan kesenjangan gender yang lebih luas di tempat kerja dan juga di masyarakat secara keseluruhan.
Dampak Sosial dan Ekonomi Ketidaksetaraan pembagian tugas rumah tangga ini memiliki dampak yang luas, baik secara sosial maupun ekonomi. Dari sisi ekonomi, ketidakseimbangan ini menghambat potensi produktivitas ekonomi perempuan. Jika perempuan didorong untuk berperan penuh dalam dunia kerja tanpa terbebani oleh tanggung jawab domestik yang berlebihan, maka kontribusi mereka terhadap ekonomi akan jauh lebih besar. Sebaliknya, ketidaksetaraan ini memunculkan pemborosan sumber daya manusia yang berharga. Dari sisi sosial, ketidaksetaraan dalam pembagian tugas rumah tangga memperkuat stereotip gender yang membatasi peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Ini berpengaruh terhadap cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan sebagai individu yang bisa berkontribusi di luar rumah, terutama dalam hal kepemimpinan dan pengambilan keputusan di berbagai sektor. Di saat yang sama, beban yang ditanggung perempuan ini juga dapat memengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan, seperti kesehatan mental dan fisik, serta kesejahteraan keluarga.
Adapun Solusih: untuk mengatasi masalah ini, diperlukan perubahan di berbagai levelnya baik dalam struktur keluarga, tempat kerja, dan kebijakan public: (1) Pembagian Tugas yang Lebih Adil di Rumah, Keluarga harus menciptakan pembagian tugas yang lebih adil antara suami dan istri. Laki-laki perlu lebih terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Hal ini memerlukan perubahan dalam pola pikir dan budaya yang ada, serta kesadaran bahwa kedua orang tua memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik dan merawat anak; (2) Kebijakan Perusahaan yang Mendukung Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi, Perusahaan harus lebih fleksibel dalam memberikan kesempatan bagi karyawan, terutama perempuan, untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan cuti orang tua yang adil, kebijakan kerja jarak jauh, atau jam kerja fleksibel. (3) Pendidikan dan Kesadaran Sosial, Pendidikan sejak dini sangat penting untuk mengubah pandangan sosial mengenai pembagian tugas domestik. Pendidikan gender yang inklusif dan pemahaman tentang keadilan sosial harus ditanamkan di kalangan generasi muda agar mereka dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan rumah tangga mereka kelak. (4) Perubahan Kebijakan Pemerintah, Pemerintah juga harus berperan dalam menciptakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti pemberian subsidi atau insentif bagi keluarga yang membagi tugas rumah tangga secara adil, serta peningkatan dukungan terhadap fasilitas penitipan anak dan pendidikan yang terjangkau bagi keluarga.
Maka dari itu Ketidaksetaraan terhadap perempuan merupakan salah satu isu besar yang cukup menghambat kemajuan perempuan di berbagai sektor kehidupan. Beban ganda yang ditanggung oleh perempuan tidak hanya mengurangi kualitas hidup mereka, tetapi juga menghambat potensi mereka dalam dunia kerja dan kontribusi sosial. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara individu, keluarga, perusahaan, dan pemerintah untuk menciptakan perubahan yang lebih adil dan setara, sehingga perempuan dapat menikmati kesempatan yang sama untuk berkembang di semua aspek kehidupan mereka.

Dari Layar ke Kehidupan Nyata : Efek Catcalling Digital pada Kesehatan Mental Perempuan”

 FATIMAH AZZAHRA (Direktur SKI Jilid IX)   Di era digital saat ini, Interaksi sosial telah bergeser ke platform-platform online. Namun, bers...